Gula Pasir Menghilang di Pontianak
jpnn.com - PONTIANAK - Mahalnya harga gula sepekan terakhir membuat masyarakat dan pelaku usaha kecil mengeluh. Sebelumnya harga gula berkisar Rp11.500 perkilogram, kini mencapai Rp15 ribu perkilogram. Bahkan, tiga hari terakhir komoditas tersebut sulit ditemukan di warung kelontong.
"Di warung sudah susah cari gula. Kalau ada pun harganya bisa Rp15 ribu perkilogram," ujar Atik, warga Jalan HRA Rahman, seperti diberitakan Pontianak Post (8/10).
Atik menuturkan biasanya harga gula di warung hanya Rp11.500 perkilogram, bahkan ada yang menjual Rp10 ribu perkilogram. Mahalnya harga gula ini menyebabkan pengeluaran rumah tangganya meningkat. “Kalau satu bulan menggunakan gula lima kilogram, berarti pengeluaran bertambah. Lebih susah lagi kalau gula langka, pasti harganya makin mahal,” ungkapnya.
Pelaku usaha kecil, Kiki, juga mengeluhkan mahalnya harga gula. Menurut Kiki, dirinya bahkan sempat bingung mencari gula di warung. “Sebelumnya saya membeli gula Rp10 ribu perkilogram. Kemarin keliling cari di warung, dapatnya Rp14 ribu perkilogram,” ujar pemilik usaha minuman segar ini.
Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya menuturkan Pemerintah Provinsi Kalbar beberapa kali mengajukan agar gula dapat masuk melalui Entikong secara resmi. Tetapi pengajuan tersebut belum membuahkan hasil hingga saat ini.
“Sampai saat ini, Kalbar belum memproduksi gula, sedangkan masyarakat membutuhkannya,” ungkapnya di DPRD Kalbar.
Christiandy menuturkan selama ini terjadi selisih harga cukup besar antara gula dari Malaysia dengan gula lokal. Ia menjelaskan gula rafinasi dari Malaysia masih perlu diproses agar layak konsumsi. Proses tersebut memerlukan biaya.
“Jangan dibandingkan yang belum siap konsumsi dengan yang siap konsumsi. Kita juga ingin mendukung gula nasional,” katanya.