Guru Kaget saat Tiba-Tiba Digerebek Mucikari
Pria yang tinggal di Jalan Alun-Alun Bangunsari itu mengatakan, bimbel tersebut resmi dibuka pada awal April. Kondisi lokalisasi ketika itu sedang memanas. Banyak spanduk penolakan penutupan di sepanjang jalan. Namun, bimbel tetap dibuka. Menurut dia, pembukaan bimbel tidak terkait dengan rencana penutupan lokalisasi.
Sebelum pembukaan wisma dilakukan, pihaknya melakukan survei sebulan. Survei itu berlangsung di sekolah-sekolah di sekitar lokalisasi. Dia aktif sosialisasi kepada guru dan siswa. Brosur pun disebarkan kepada siswa dan wali siswa. Ternyata, respons siswa cukup bagus.
Orang tua pun menyambut baik. Selama ini, orang tua di sekitar lokalisasi ingin memasukkan anaknya ke bimbel, tapi mereka tidak punya biaya. Saat bimbel gratis dibuka, mereka masih ragu-ragu. Apakah bimbel itu betul-betul gratis atau hanya gratis saat awal-awal. ”Sebelumnya kan ada bimbel yang katanya gratis, tapi setelah berjalan, siswa disuruh bayar. Jadi, gratisnya hanya sesaat. Bimbel kami kan gratis terus,” terang pria 35 tahun itu.
Selain ke sekolah dan orang tua, dia juga menyosialisasikan kepada pemilik wisma. Mereka tidak keberatan dengan adanya bimbel tersebut. Menurut ayah satu anak itu, tempat bimbel yang digunakan adalah bekas wisma milik Sumiarsih, mantan mucikari yang dihukum mati karena terlibat pembunuhan Letkol (Mar) Purwanto pada 1987. Bangunan itu dihibahkan kepada Bamag. Sebelumnya, bangunan tersebut adalah klinik, tapi tidak jalan.
Pertama dibuka, hanya ada enam siswa yang mengikuti bimbel. Namun, minggu berikutnya, peserta meningkat menjadi 25 sampai 30 orang. Bahkan, sekarang tercatat 80 siswa ikut bimbel. Peningkatan jumlah siswa itu disebabkan siswa yang sudah ikut bimbel mengabarkan kepada siswa lain bahwa ada bimbel gratis.
Siswa yang ikut bimbel memang rata-rata berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka merupakan anak tukang becak, pemulung, pedagang kaki lima, dan penjaga wisma. Ada juga anak mucikari yang ikut bimbel. Pembelajaran dibagi dua sesi, yaitu pagi pukul 09.00–11.00 dan siang pukul 14.00–16.00. Mata pelajaran yang diberikan adalah matematika dan bahasa Inggris.
Selain pelajaran biasa, setiap bulan, lanjut Kristiawan, pihaknya mengadakan ujian. Tidak itu saja. Dia juga sering mengadakan game-game yang berkaitan dengan pelajaran. ’’Untuk memotivasi anak-anak,” kata dia.
Mendidik anak di sekitar lokalisasi memang berbeda dengan di tempat lain. Selain kemampuan belajarnya masih lambat, banyak yang pemalu. Saat diminta maju ke depan, mereka bisa menangis karena malu. Kondisi seperti itu yang akan dia ubah. Melalui bimbingannya, dia membiasakan anak untuk maju ke depan agar mereka tidak malu lagi.