Gus Jazil Ajak Lestarikan Budaya Pewayangan, Begini Alasannya
Menurut Gus Jazil, budaya dan agama adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan dipertentangkan. Wayang merupakan sebuah budaya yang di dalamnya juga sarat dengan ajaran-ajaran agama.
”Kata ‘santri’ dan ‘cantrik’ itu khas Indonesia, tidak ada di Arab Saudi dan negara Islam yang lain. Santri itu orang yang hidup di lingkungan pesantren yang didik oleh ulama, kiai untuk mengenal Yang Di Atas, Allah SWT. Nah cantrik itu dididik di sebuah tempat oleh brahmono, orang sakti agar dia tahu adat istiadat, tata krama, dan lainnya. Jadi agama dan budaya tidak bisa dipisah-pisah, harus berjalan beriringan,” urainya.
Menurut Gus Jazil, melalui kesenian wayang, diharapkan lahir masyarakat yang mengerti agama dan budaya.
”Kalau itu yang memimpin Indonesia, pasti bagus karena sesuai dengan akal budaya. Pemimpin itu harus mengenal Allah SWT, Tuhan, tapi juga harus tahu budaya, cara hidup bermasyarakat. Agama dan budaya tak hisa dipisahkan, jadi satu,” katanya.
Menurut Gus Jazil, wayang adalah akulturasi kebudayaan yang melampaui zaman. Wayang merupakan budaya memadukan antara agama dan budaya sehingga menjadi manusia yang utuh.
”Ada tontonan dan tuntunan. Nah, saat ini menjadi tantangan karena kita masuk zaman milenial, zaman now yang kurang mengerti budaya wayang,” paparnya.
Hal yang penting untuk diambil pelajaran dari wayang, tutur Gus Jazil, bahwa hidup adalah pertempuran terus menerus antara yang baik dengan yang salah, antara yang buruk dengan yang benar.
”Nah, hidup selalu ada musuhnya. Ada dua musuh, pertama musuh dalam diri sehingga harus topo broto, tarak (tirakat) dan lain-lain. Kedua musuh dari luar, yang fisik yang kelihatan,” katanya.