Gus Margiono
Oleh: Dahlan IskanBersamaan dengan itu sejumlah ''orang tua'' di redaksi saya pindahkan ke non-redaksi: saya tidak ingin Margiono menyandang beban psikologis memimpin ''Angkatan 45''.
Beberapa perusahaan baru saya dirikan: agar angkatan 45 itu menyebar. Mereka bisa memimpin perusahaan-perusahaan baru itu.
"Saya mau tetap saja di redaksi. Saya tidak punya kemampuan lain selain menulis," ujar salah satu generasi itu. Ia menangis. Tidak mau meninggalkan redaksi.
Dua tahun kemudian saya rapat dengannya di perusahaan baru. Saya tanya ia: "Masih mau kembali ke redaksi?" tanya saya.
"Tidak, tidak, tidak. Tidak mau," jawabnya. "Ternyata saya bisa," tambahnya.
Begitu juga angkatan 45 lainnya.
Di tangan Margiono, Jawa Pos terus maju. Tapi banyak generasi unggul di angkatannya. Yang juga layak menjadi pemimpin redaksi.
"Saya mau kalau ditugaskan memimpin koran baru di mana saja," katanya. "Biar regenerasi di Jawa Pos terus bergilir," tambahnya.