Gus Nabil Sebut Kiai Said dan Presiden Jokowi Punya Pengaruh Besar
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama Muchamad Nabil Haroen mengatakan KH Said Aqil Siroj dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan sosok pemimpin muslim moderat dan punya pengaruh besar.
Hal ini disampaikan Gus Nabil -panggilan Nabil Haroen terkait dengan terpilihnya Presiden Jokowi dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam The Muslim 500: The World 500's Most Influential Moslem in the World 2021.
"Kiai Said Aqil Siroj dan Presiden Jokowi sosok pemimpin muslim moderat, punya pengaruh besar," kata Gus Nabil dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/12).
Presiden Jokowi dan Kiai Said mendapat apresiasi besar dari warga dunia dengan terpilih dalam 500 tokoh muslim berpengaruh.
Keduanya bahkan masuk dalam 20 besar tokoh muslim berpengaruh di dunia.
"Ini merupakan bukti sekaligus apresiasi dari berbagai kalangan, terutama muslim lintas negara," lanjut Politikus PDI Perjuangan ini.
Bagi Gus Nabil, Presiden Jokowi merupakan sosok pemimpin bersahaja yang terus menekankan kerukunan, persatuan antarbangsa, sekaligus juga penekanan politik sebagai rahmat.
Diakuinya Gus Nabil, pemerintahan Presiden Jokowi masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum selesai, atau juga problem-problem yang harus dicarikan solusinya.
Hal itu menurut dia wajar karena mengelola jutaan warga dengan kompleksitas masalahnya bukan perkara mudah.
"Di tengah pandemi ini, Presiden Jokowi terus menekankan solidaritas kemanusiaan untuk saling bantu di tengah situasi sulit," katanya.
Sementara itu, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj merupakan sosok pemimpin muslim yang konsisten, tegas, sekaligus juga sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Kiai Said, kata anggota Komisi IX DPR ini, merupakan pembelajar sejati sekaligus istikamah menebar Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Konsistensi dan ketegasan inilah yang menjadikan Kiai Said sangat berpengaruh sekaligus menjaga kesatuan dan persatuan Islam Indonesia.
Dia menambahkan bawah Kiai Said bersama PBNU juga konsisten dalam diplomasi perdamaian, di antaranya kasus Xinjiang Tiongkok, Afghanistan, hingga konflik Israel-Palestina.