Habis SBY Terbitlah ASBY
Rabu, 05 Januari 2011 – 10:10 WIB
Masyarakat di kabupaten Kendal, Jawa Tengah, misalnya, sukses mempertontonkan kehebatan istri bupati mereka, Hendy Boedoro. Hasilnya, Widya Kandi Susanti, sang istri, Oktober tahun lalu dilantik jadi bupati, menggantikan suaminya yang masuk bui karena korupsi.
Tiga bulan sebelumnya, Sri Suryawidati, istri Idham Samawi, bupati Bantul dua periode, berhasil membuktikan kehebatannya dengan memenangi pilkada di kabupaten di kawasan DI Jogjakarta itu. “Suami saya, Pak Idham, akan menjadi staf ahli luar biasa yang secara gratis,” katanya usai pelantikannya sebagai bupati.
Sekarang, istri menggantikan posisi suami sebagai kepala pemerintahan sudah bukan hal yang aneh lagi. Makanya, ketika Anna Sopanah, istri mantan Bupati Kabupaten Indramayu Irianto Saffihudin resmi dilantik menjadi Bupati periode 2010-2015, tidak banyak yang heran.
Model demokrasi di negeri kita memang memberi peluang besar untuk menampilkan perempuan hebat yang tadinya berada di belakang lelaki yang sukses.
Tapi siapa perempuan paling hebat di negeri ini? Sudah pasti Ani Yudhoyono, istri Jenderal TNI (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono, lelaki Indonesia pertama yang secara gilang gemilang menumbangkan rival-rival politiknya dalam dua kali pemilihan presiden RI (2004-2009 dan 2009-2014).
Ani Yudhoyono memang belum resmi “dinobatkan” sebagai “the real” perempuan paling hebat di Indonesia. Karena jaringan dalam kekuatan Istana masih harus bergerilya untuk menobatkan Bu Ani sebagai Presiden RI, menggantikan suaminya kelak, 2014. Sehingga sejarah politik nasional akan menyatat: Setelah SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), Indonesia dipimpin oleh ASBY (Ani SBY).
Melihat Bu Ani sekarang ini sudah memiliki kekuatan di semua lini yang diperlukan untuk memenangi pilpres (uang, jaringan kekuasaan, popularitas, partai, dan suami Presiden yang jago nyanyi), apalagi pasangannya Hatta Radjasa yang berambut putih, maka segalanya akan menjadi sangat mudah.
Kalau sudah begini, rakyat Indonesia jadi punya kebanggaan. Karena akan menjadi sama prestasinya dengan Argentina, yang punya presiden perempuan Cristina Elisabet Fernández de Kirchner, bekas Ibu Negara. Karena suaminya, Nestor Carlos Kirchner, sebelumnya adalah presiden Argentina dua periode.
Keberhasilan Nestor Carlos Kirchner mengangkat harkat, martabat dan perekonomian Argentina memang membuat bangsa gila bola itu menjadi kecanduan Kirchner. Makanya, mereka meminta keikhlasan Tuan Kirchner untuk melepas Nyonya Kirchner di medan laga pemilihan presiden, mengingat konstitusi hanya membolehkan seorang presiden duduk di kursinya selama dua periode saja.
Akankah rakyat Indonesia kecanduan Yudhoyono, dan meminta keikhlasan Tuan Yudhoyono untuk melepas Nyonya Yudhoyono untuk berkompetisi di ajang pilpres 2014?
Saya yakin, presiden kita yang satu ini sangat menyintai rakyatnya, dan mau memenuhi permintaan rakyatnya, meskipun yang diminta (untuk dijadikan presiden) adalah istrinya sendiri.
Sehingga kelak, dari Istana Negara, kita masih akan terus dan terus mendengar suara merdu lelaki tua, mengalunkan lagu cinta yang mendayu-dayu.
Ho ho ho ho ho ho ho ho
Ho ho ho ho ho ho ho ho
Ho ho ho ho ho ho ho ho
Impian jadi kenyataan…
(Mentari Bersinar, karya Yudhoyono)