Habisnya Generasi Pembalap dengan Mesin 3.500 Cc
Catatan Azrul AnandaSabtu, 01 November 2008 – 15:02 WIB
Kali pertama saya menulis F1 secara serius (di tabloid olahraga Kompetisi lalu ke Jawa Pos) adalah setelah tewasnya Ayrton Senna (pembalap favorit saya sampai akhir hayat nanti) di Grand Prix San Marino, di Sirkuit Imola, bulan Mei 1994.
Penggemar "lama" F1 tentu tahu, David Coulthard menjalani debutnya sebagai pembalap F1 di tim Williams-Renault, di GP Spanyol 1994, sebagai pengganti Senna. Sebenarnya, Coulthard tidak mengawali karir secara istimewa. Dan jujur, seandainya Senna masih ada, peluang pembalap Skotlandia itu untuk masuk F1 mungkin akan jauh lebih sulit. Tapi, salut untuk Coulthard dan Rubinho, mereka mampu menjalani karir yang panjang dengan "sukses yang mencukupi."
Minimal sudah pernah berkarir selama belasan tahun, sementara kebanyakan pembalap belum tentu bertahan lebih dari setahun. Minimal sudah merasakan puncak podium beberapa kali, sementara kebanyakan pembalap sudah beruntung bisa meraih poin selama di F1. Keduanya juga sudah mendapat kesempatan naik mobil papan atas dan medapat peluang jadi juara dunia. Sementara kebanyakan pembalap sudah beruntung dapat mobil papan tengah.