Hadiri Pagelaran Wayang di Dekat Istana, Hasto Ingatkan Bahaya Pemimpin Sombong
"Jadi cerita wayang, wahyu kepemimpinan itu bisa berpindah, ketika tidak setia pada asal usul wahyu, pada rakyat itu sendiri maka kemudian pindah ke Sombo," kata Hasto.
Namun demikian, Sombo tidak memiliki kedewasaan berpikir, mental, dan memimpin. Selain itu, Sombo juga sombong dan pilih kasih sehingga wahyu itu lalu berpindah lagi.
Akhirnya, wahyu itu pun jatuh pada Abimanyu, seorang ksatria yang rendah hati, jujur, penyabar, yang mau menjadikan hukum sebagai pedang keadilan, dan berpihak pada wong cilik. Abimanyu berasal dari kalangan biasa dengan laku prihatin yang sangat-sangat kuat.
Bahkan, Abimanyu memang awalnya tidak mau dicalonkan untuk menerima wahyu.
"Namun, akhirnya dia dengan kesabaran revolusionernya itu, akhirnya Abimanyu ini menerima wahyu. Dalam kehidupan saat ini, kita tahu siapa yang dimaksudkan dengan Abimanyu itu. Karena itulah dari wayang kita bisa belajar dari nilai-nilai kepemimpinan," jelas Hasto.
Sementara itu, Plt Kepala ANRI Imam Gunarto menyampaikan acara ini sekaligus mengingat pada 7 November nanti diperingati Hari Wayang Sedunia. Sejak 2003, wayang telah diakui dunia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Imam menilai wayang ini sangatlah menarik. Wahyu Cakraningrat sebagai wahyu raja yang akan diterima oleh sosok kesatria yang memiliki karakter kepemimpinan Pancasila.
"Ada tiga kesatria yang dihampiri oleh wahyu tersebut, namun akhirnya hanya satu kesatria yang memperoleh, yaitu Raden Abimanyu. Saat ini negara kita sedang mempersiapkan pemilihan presiden dan wakil presiden. Siapa calon yang akan jadi? Tergantung dari ketiga calon yang memiliki karakter kepemimpinan Pancasila itu yang akan terpilih," kata Imam. (Tan/JPNN)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini: