Handoko Hendroyono, Angkat Brand Lokal dengan Jakarta Do Art
Libatkan Seniman, Beri Nilai Lebih Produk UKMKarya seniman dan produk UKM bisa langsung terlibat dalam Jakarta Do Art. Handoko akan melakukan kurasi terhadap karya seniman maupun produk UKM yang bakal dikolaborasikan. ”Dari sisi produk, kami tak ingin kualitasnya main-main. Sebab, kalau desainnya bagus, namun kualitas produknya jelek, ya sama saja,” tutur penulis buku Brand Gardener itu.
Setelah dikurasi, karya seniman yang terpilih akan diterapkan dalam produk UKM yang membutuhkan. Nilai jual produk UKM yang dikolaborasikan dengan karya seniman otomatis meningkat. Sebab, ada komponen untuk royalti buat seniman bersangkutan.
Selain menggarap desain, Jakarta Do Art membantu pemasaran produknya. Pameran produk seperti yang dilakukan di Pondok Indah Mall itu menjadi contoh. Kegiatan pameran tersebut juga hasil kolaborasi antara Jakarta Do Art dan pengelola mal.
Pengelola mal tak membebankan biaya sewa yang tinggi seperti halnya untuk acara ekshibisi umumnya. Banyak pengusaha yang telah merasakan terbantu keberadaan Jakarta Do Art. Sentuhan desain yang menarik dari para seniman kebanyakan bisa membuat para pengusaha meningkatkan nilai jual produknya.
Sejak berdiri setahun lalu, Jakarta Do Art setidaknya telah melibatkan lebih dari 20 seniman. Dari sisi pengusaha, ada sekitar sepuluh UKM yang telah bekerja sama dengan komunitas tersebut. Salah satu yang berhasil membuat produk hasil kolaborasi dengan Jakarta Do Art adalah Binar Lamp and Shade. Perusahaan itu bergerak di bidang produksi lampu hias customized.
Ada beberapa desain lampu Binar yang diangkat dari karya seniman lokal. Di antara sekian lampu di toko online Binar, desain bermotif batik terlihat sangat eye-catching. Desain itu ternyata dibuat seniman dari Sidji Batik, UKM dari Jogjakarta yang memproduksi batik dan telah merambah pasar ekspor. ”Sebagai brand lokal, kami merasa bisa saling bersinergi melalui Jakarta Do Art,” ujar pemilik Binar Lamp Medina Mochdie.
Di luar Binar Lamp, ada produk-produk UKM lain yang telah diajak berkolaborasi dengan Jakarta Do Art. Mulai popok bayi, sepatu tenun, sampai furnitur kuno. Handoko menunjukkan gambar sepatu tenun. Desainnya cukup menarik, sebuah sepatu produk UKM di Jakarta yang dikreasikan dengan karya tenun perajin di Bali. ”Saya yakin spirit kolaborasi bisa menjadi platform bersama untuk memajukan dunia kreatif Indonesia,” tegasnya.
Lulusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip Universitas Indonesia itu meyakini, jika gerakan kolaborasi tersebut bisa digalakkan, UKM Indonesia bisa siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. ”Dengan berat hati saya harus bilang,” ujar dia, ”produk lokal kita banyak yang belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.” Yakni tidak siap dari sisi organisasi, komunitas, maupun pemerintah. ”Lebih menyedihkan lagi,” lanjut Handoko, ”pemerintah kurang bisa mengeksplorasi cool factor dari produk lokal yang ada.”