Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Hanya Hewan yang Bertarung, Manusia seharusnya Malu kalau Berkelahi

Jumat, 24 Juli 2015 – 08:14 WIB
Hanya Hewan yang Bertarung, Manusia seharusnya Malu kalau Berkelahi - JPNN.COM
Ratusan warga menyaksikan atraksi mapasilaga tedong atau adu kerbau di Tana Toraja. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

Lalu, ada tedong ballian. Kerbau itu punya tanduk yang jika ditotal panjangnya bisa lebih dari 2 meter. Kemudian, ada tedong todi. Kerbau tersebut punya bercak putih di bagian kepalanya.

Salah seorang pemilik kerbau aduan, Palulun Rantelangi, mengungkapkan, mapasilaga tedong bukan cuma adu kerbau yang dipahami secara harfiah. Selain untuk melestarikan tradisi nenek moyang, mapasilaga tedong kini bisa menjadi komoditas pariwisata yang mendatangkan devisa.

Menurut Palulun yang sudah lebih dari tiga dekade menjadi pemilik tedong, hanya orang ’’gila’’ yang mau memelihara tedong aduan. Sebab, biaya perawatan serta upah untuk pa’kambik tidak murah. Per bulan minimal Rp 2 juta harus dikeluarkan pemilik kerbau.

Itu belum termasuk makanan tambahan berupa telur puyuh dan madu setiap hari selama tiga bulan menjelang hari pertarungan. Terkadang pa’kambik juga meminta tambahan uang untuk melatih kekuatan kerbau.

Jadi, kalau ditotal, biaya perawatan untuk seekor tedong dalam lima bulan sebelum mapasilaga tedong bisa sama dengan harga saat tedong itu dibeli, yakni Rp 10 juta–Rp 15 juta. Padahal, kalau kerbau tersebut kalah, harganya langsung turun drastis. Bisa di bawah harga kerbau kali pertama dibeli.

’’Buat saya, bukan harga yang membikin mata silau. Tapi, lebih pada aspek penghormatan kepada orang tua serta leluhur yang telah meninggal. Mungkin karena tradisi budaya Toraja ini masih mengakar kuat di sini,’’ kata Palulun.

Karena unsur prestisenya sangat tinggi, berbagai cara dilakukan pemilik kerbau agar bisa memenangi mapasilaga tedong. Bahkan, ada yang sampai mendatangkan dokter hewan dari Makassar seminggu sekali untuk memeriksa kondisi kerbaunya. Padahal, jarak Toraja ke Makassar, jika ditempuh dengan perjalanan darat, bisa sampai sepuluh jam.

Palulun menyatakan, selain kondisi kerbau, peran pa’kambik cukup penting dalam menyiapkan kerbau aduan. Karena itu, Palulun belakangan justru lebih memercayai anak kecil yang masih lugu sebagai penggembala kerbaunya. Alasannya, anak kecil jujur dan pandai menyimpan rahasia.

BAGI masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Juli termasuk bulan favorit untuk melakukan Rambu Solo'. Yakni, upacara penghormatan terakhir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close