Hardiknas, Krisis Kebangsaan, dan Pendidikan Nasional Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengatakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ialah momentum untuk refleksi demi pembangunan bangsa terutama demi menguatkan nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman ideologi trans-nasional.
Menurutnya, peringatan Hardiknas tahun ini harus diletakkan pada konteks historis dan reflektif.
"Mengapa tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional? katanya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Minggu (2/5).
“Seperti kita ketahui, 2 Mei adalah hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Selain sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar merupakan tokoh kebangsaan, yang bersama dua tokoh lain; Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo kita sebut sebagai Tiga Serangkai. Tiga tokoh inilah yang mengenalkan ideologi nasionalisme di Indonesia, dan menjadi guru dari tokoh pergerakan nasionalisme seperti Bung Karno," urai Ahmad Basarah yang juga Anggota Komisi Pendidikan DPR ini
Menurut Basarah, ketika Ki Hajar mendirikan Perguruan Taman Siswa pada Juli 1922, konsep dan praktik pendidikannya tidak lepas dari ideologi kebangsaan yang telah dikembangkan jauh hari.
Maka Taman Siswa lalu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi rasa cinta Tanah Air, khususnya semangat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Visi dan misi inilah yang harus kita kembalikan dalam membangun pendidikan nasional kita”, demikian ujar Ketua Umum Persatuan Alumni GMNI ini.
Oleh karena itu, Basarah mengimbau kepada pemangku kebijakan pendidikan agar menauladani visi Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan nasional.