Harga CPO Kian Mengkhawatirkan
“Penurunan ini akibat tantangan dari eksternal,” katanya, Senin (22/7).
Penurunan juga terjadi pada pertumbuhan nilai ekspor CPO yang mengalami perlambatan dari 58,85 persen (yoy) pada awal tahun menjadi 53,77 persen (yoy) saat ini.
Padahal pada triwulan pertama tahun ini ekspor CPO Kaltim sudah tumbuh 57,42 persen (yoy) dibandingkan triwulan IV 2018.
Dia menjelaskan, UE menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit akan mempercepat proses deforestasi dan merusak lingkungan.
Aksi menentang produk-produk berbasis kelapa sawit merupakan upaya mereka untuk melindungi produk minyak nabati UE yang berbasis rapeseed dan sunflower seed.
Terbaru, UE mengusulkan penerapan kebijakan renewable energy directive (RED II).
“Sebenarnya yang ditentang olahan hasil industri turunan CPO seperti biodiesel. Karena Kaltim masih mengekspor CPO, dampaknya belum terlalu besar untuk ekspor kita,” ungkapnya.
Namun, untuk kinerja ekspor secara menyeluruh pasti terasa. Sebab, harga CPO terus anjlok yang akan dirasakan hingga penurunan TBS kelapa sawit.