Harga Kedelai Melonjak, Usaha Tempe Terancam
Minggu, 29 April 2012 – 11:12 WIB
SAMPIT – Usaha pembuatan tempe di kota Sampit terancam gulung tikar alias tidak bisa berproduksi. Hal ini disebabkan harga beli kedelai terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika harga kedelai terus tak terkendali masyarakat Kota Sampit yang terbiasa mengonsumsi tempe dipastikan akan sulit mendapatkannya. Masnah, salah satu pedagang kedelai di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) mengalami kenaikan cukup tinggi. Kenaikan itu, katanya sudah terjadi di tingkat agen. Sebagai pengecer mau tak mau dirinya ikut menaikan harga. “Saat ini penjualan kedelai mengalami penurunan. Jika sehari saya bisa menjual 500 kilogram kedelai, sekarang menyusut menjadi 350 kilogram,” ujar Masnah.
Sementara Sandi pembuat tempe di kawasan Baamang Tengah mengeluhkan melonjaknya harga kedelai. Kondisinya ini sangat membebani usahanya. “Ini sudah menjadi mata pencaharian saya dan beberapa pekerja, tapi kalau harga kedelai terus-terusan naik saya nggak tau apakah akan tetap berjalan atau justru mandeg,” ujar Sandi.
Setiap hari Sandi memerlukan 50 kilogram kedelai. Jika dirupiahkan saat normal Sandi harus merogoh kocek senilai Rp 310 ribu, tetapi sekarang sudah mencapai Rp 375 ribu. Jika harga kedelai masih seperti ini Sandi berencana berhenti untuk sementara. ”Semoga harga kedelai secepatnya turun sehingga kami bisa bekerja dengan normal dan karyawannya tidak berhenti bekerja,” ujarnya. (rm-47/fuz/jpnn)