Harga Ratusan Juta Rupiah, Anggap seperti Anak Sendiri
jpnn.com - HARUN sudah sejak dua pekan lalu pensiun dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jawa Timur.
Tidak lagi ngantor, pria 60 tahun yang terkenal ramah itu memiliki banyak waktu untuk mengurus ikan-ikan koi kesayangannya.
------------------
Laporan Brianika Irawati, Surabaya
-----------------
MEMASUKI halaman sebuah rumah besar di pusat Kota Surabaya, suara gemericik air terdengar. Berjalan masuk ke dalam, akan ketahuan asal suara itu. Sebuah kolam seluas 3,5 x 4 m dibangun di depan rumah. Di dalam kolam tampak ikan-ikan koi dengan bermacam warna. ”Jumlahnya 39 ekor,” kata Harun.
Semua koi itu berukuran besar. Beratnya rata-rata 11 kg. Sejak dulu Harun suka koi. Dia percaya koi membawa keberuntungan, rezeki, dan kesehatan bagi pemiliknya. ”Percaya atau tidak, ikan koi dapat membedakan antara orang yang punya mood baik dan mood jelek,” tambahnya.
Menurut Harun, kalau orang mendekat kolam dengan hati baik, ikan-ikan langsung menggerombol. Seolah akan diberi makanan. Beda jika saat mendekat orang itu sedang bad mood, ikan-ikan tersebut pasti menjauh.
Harun sering mengalami hal itu. Kalau sedang ada masalah yang menyita pikiran, dia duduk di pinggir kolam. ”Eh, ikannya nggak mau mendekat,” jelasnya.
Selain yakin membawa keberuntungan, warna-warna dan bentuk koi yang khas membuat Harun jatuh hati. Harun memelihara koi sejak 1995. Saat itu kolamnya belum sebesar sekarang. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk membongkar pasang kolam sampai menemukan komposisi yang pas seperti sekarang. ”Memelihara koi tidak bisa sembarangan. Ada ilmunya,” ujarnya.
Suami Erna Mustika Dwi Ana tersebut mencontohkan, jumlah ikan harus seimbang dengan volume air kolam. Saat ini jumlah koi miliknya sudah overload jika dilihat dari kapasitas kolam yang seharusnya menampung maksimal 24 ekor.
Untuk itu, Harun membangun kolam kedua di area belakang rumah. ”Ada hitungannya membuat kolam yang sesuai ukuran koi. Nanti kalau kolam kedua sudah jadi, saya undang ya,” candanya, lalu tertawa.