Hasto Sebut Sejarah Membuktikan Pak SBY Menzalimi Diri Sendiri demi Politik Pencitraan
Hasto menambahkan, pengakuan Marzuki membuktikan bahwa SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri. Oleh karena itu Hasto meyakini rakyat Indonesia sudah bisa menilai fakta yang ada.
"Ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan,” kata Hasto.
Kejadian ini, lanjut Hasto, membuat dirinya teringat sebuah kisah yang disampaikan oleh almarhum Cornelis Lay. Sebelum SBY ditetapkan sebagai Menko Polhukam di Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati, ada elite politik mempertanyakan langkah putri Bung Karno tersebut.
Menyitat kesaksian Cornelis Lay, Hasto mengungkapkan bahwa saat itu ada yang mengungkit soal SBY sebagai menantu Sarwo Edhie Wibowo. Sosok Sarwo disebut sebagai tentara yang berseberangan dengan Bung Karno.
Selain itu, SBY merupakan Kasdam Jaya ketika terjadi penyerbuan ke kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996. Peristiwa berdarah itu lantas dikenal sebagai Kudatuli.
Namun, Megawati justru bersikukuh dan menyebut keputusannya memilih SBY sebagai Menko Polhukam demi mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan.
“Saat itu, Ibu Megawati lalu mengatakan, 'saya mengangkat Pak SBY sebagai Menko Polhukam bukan karena menantu Pak Sarwo Edhie. Saya mengangkat dia karena dia adalah TNI, Tentara Nasional Indonesia. Ada 'Indonesia' dalam TNI, sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa,” ucap Hasto menirukan cerita Cornelis.
Hasto menambahkan, Megawati merupakan fogur yang meyakini Indonesia harus melihat ke depan ketimbang selalu mengungkit persoalan masa lalu. Oleh karena itu, Megawati juga melarang kader-kader PDIP menghujat Presiden Ketiga RII Soeharto.