Hidupkan yang Mati, Dahlan Ingin Bermalam di Bacan
”Menghidupkan tiga ini memberikan kepercayaan diri. Ternyata perusahaan yang sudah mati bisa dihidupkan kembali. Itupun kalau kita mau kerja yang benar,” tuturnya. Setelah tiga perusahaan telah hidup, lanjut Dahlan, BUMN kemudian mencoba membangun perusahan perikanan di lokasi yang lebih sulit lagi yakni di Sorong Papua Barat.
“Dari hasil kerja keras, ternyata perusahaan yang ada di Sorong juga bisa dihidupkan dan sekarang juga sudah bisa ekspor kecil-kecilan,” ujar Dahlan.
Bacan sendiri, lanjut Dahlan, adalah rangkaian dari empat usaha perikanan BUMN tersebut.
“Nah setelah kita punya empat jangkar (perusahaan di empat lokasi), kita pengen membangun sesuatu yang lebih besar di banding yang empat itu. Kita pilih, kita baca sejarahnya, kita baca potensi wilayah, kita baca potensi bawah lautnya ternyata Bacan yang bisa ditetapkan untuk dilakukan pembangunan perusahaan ikan yang lebih besar,”jelasnya.
Dia menerangkan hasil analisis BUMN menetapkan Bacan sebagai pusat perikanan Indonesia timur. “Ini kebijakan BUMN. Bukan berarti semua instansi ikut menyepakati apa yang telah ditetapkan BUMN. Bisa saja nanti Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan di tempat lain dan kemudian pihak swasta juga menetapkan di tempat lain,” katanya.
Dahlan mengatakan, BUMN menetapkan pusat perikanan di Bacan karena BUMN menginginkan Bacan merupakan pusat perikanan terbesar.
”Dan kondisi Bacan, membuat saya tertantang. Karena itu, saya bermalam di Bacan. Bukan di Ternate. Di Bacan juga, saya tidak mau rapat-rapat,” tandasnya.
"Salah satunya, ialah program penerapan teknologi modern untuk melakukan penilaian ikan yang akan diekspor. Kita akan menggunakan teknologi,” kata Dahlan.