Hilirisasi Komoditas Lokal Papua Harus Ramah Lingkungan
“Pengelolaan komoditas lokal Papua ini harus dari hulu ke hilir. Dari mulai menanam bibit hingga panen. Dari proses memelihara hingga menjual karena seringkali terjadi ketika masyarakat bisa memproduksi, belum tentu bisa menjual,” katanya.
Eko mencontohkan proses hilirisasi komoditas kopi yang menjadi salah satu unggulan Papua. Sebelum ada hilirisasi, kopi dijual petani sebelum ada pengolahan lebih lanjut.
Setelah ada intervensi program GEG petani mendapatkan berbagai alat penunjang pengolahan kopi seperti unit mesin pulper, gergaji pangkas, gunting pangkas dan lainnya.
“Lalu, sebanyak 167 petani mendapatkan pelatihan business plan, olahan dan mutu pasca panen, penggunaan mesin pengupas dan perawatan tanaman kopi,” katanya.
Proses hilirisasi komoditas lokal tersebut, lanjut Eko memberikan dampak nyata di mana saat ini produk kopi Papua bisa dihargai secara layak. Petani kopi binaan GEG misalnya telah berhasil menjual 8,5 ton kopi green bean, dan terhubung dengan 17 cofee shop.
“Hilirisasi ini juga dilakukan sedemikian rupa sehingga bebas dari emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial,” katanya.
Untuk diketahui, Workshop nasional Program Tekad ini bertujuan untuk menyamakan persepsi guna meningkatkan sinergitas untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang lebih baik sekaligus penegasan komitmen dan peran aktif baik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam mendorong keberhasilan Program Tekad.
Workshop ini digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama International Fund For Agricultural Development (IFAD).(fri/jpnn)