Hillary Clinton 49-39 Donald Trump
jpnn.com - LAS VEGAS - Tuntas sudah episode debat calon Presiden Amerika Serikat. Seri ketiga yang digelar di Las Vegas Kamis (20/10) pagi WIB, menjadi ajang terakhir Hillary Clinton dan Donald Trump saling serang dalam satu panggung.
Sekitar 24 jam kemudian, dua tokoh yang bakal bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 8 November itu bertemu lagi dalam santap malam amal.
Bila dibandingkan dengan dua debat sebelumnya, debat pemungkas di University of Nevada itu lebih menarik. Seperti biasa, dua capres saling potong paparan lawan dan cenderung mengabaikan moderator. ”Jika Trump kalah, itu terjadi karena dia memang sudah gagal sebagai kandidat,” kata Senator Lindsey Graham, politikus Partai Republik dari Negara Bagian South Carolina, setelah menonton debat ketiga.
Namun, Trump tidak mau kalah. Meskipun Clinton masih terus diunggulkan dalam polling, Trump yakin bahwa dirinyalah juara yang sejati. Sebab, di mata taipan 70 tahun itu, media berkonspirasi dengan tim pemenangan Clinton untuk menjatuhkan reputasinya. Karena itu, ketika Chris Wallace bertanya tentang kesiapannya menerima hasil pilpres yang sangat mungkin berpihak kepada Clinton, Trump tak mau menjawab.
”Saya akan memberitahukannya kepada Anda jika saatnya tiba. Saya akan membuat Anda tetap penasaran. Oke?” kata Trump kepada Wallace.
Clinton terkejut. Dia tidak menyangka bahwa lawan politiknya tersebut bakal memberikan jawaban semacam itu. Sebab, konstitusi dan tradisi Negeri Paman Sam mewajibkan seluruh capres menerima apa pun hasil pilpres dengan lapang dada.
Bahkan, tengah malam seusai debat dia mengunggah kicauannya di media sosial dan mengklaim sebagai pemenang. Trump mengunggah klaim tersebut melalui akun resminya di Twitter pada Kamis (20/10) sekitar pukul tiga dini hari. Dia juga menyertakan gambar rentetan polling dari berbagai institusi. Semuanya menunjukkan bahwa dia menang dalam debat yang berlangsung panas tersebut.
Senator Jeff Flake mengatakan, debat ketiga itu menjadi tekanan berat bagi Trump. Sebab, selain hasil polling yang terus turun, dia juga belum bisa lepas dari skandal pelecehan seksual yang dipicu peredaran luas rekaman boy talk-nya pada 2005. Gambaran kekalahan kian jelas ketika Clinton kembali tampil prima dalam debat terakhir Rabu malam itu.