HRF: Mataram Butuh Pembenahan Sistem Transportasi Publik
Transportasi alternatif seperti ojek dan taksi, akhirnya jadi pilihan. Dan lebih banyak lagi masyarakat yang akhirnya memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Hal ini yang harus dicarikan solusi. Dia menilai sistem rute bemo bisa mulai dirumuskan kembali. Kondisi bemo sebagai sarana transportasi publik juga harus diperbarui untuk kenyamanan penumpang.
"Kalau bemo ini bersih dan nyaman, kemudian rutenya banyak pilihan maka bukan tidak mungkin masyarakat juga akan senang menggunakannya," katanya.
Selain itu program Bus Rapit Transit (BRT) yang sempat digagas Kementerian Perhubungan, juga harus dimaksimalkan.
Program bersumber dana APBN yang cukup besar ini, menurut HRF akan sangat sayang jika menjadi program yang mubazir karena tidak terlaksana maksimal. Apalagi, sejumlah halte bus BRT sudah tersedia di sejumlah lokasi di Kota Mataram.
"Memaksimalkan BRT bisa juga menjadi alternatif untuk menekan keluarnya kendaraan pribadi. Jadi untuk keperluan sekolah, kuliah atau ke kantor, masyarakat tidak harus menggunakan kendaraan pribadi karena ada sarana publik tersedia," katanya.
Pembagian atau pola zonasi juga bisa diterapkan untuk mengatur rute transportasi publik ini. Di satu sisi pelayanan publik bisa lebih baik, dan kemacetan pun bisa terurai.
Pemanfaatan jalur pedistrian atau trotoar untuk pejalan kaki juga harus mulai ditingkatkan di Kota ini. Sehingga untuk tujuan bepergian yang dekat, masyarakat bisa lebih nyaman berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan.