Huawei: Amerika Terlalu Meremehkan Kami
Ayah Meng Wanzhou, petinggi Huawei yang sedang tertahan di Kanada, tersebut mengklaim bahwa amunisi bisnisnya sudah cukup. Soal peranti lunak, raksasa teknologi itu sudah mengembangkan sistem operasi jauh hari sebelum Presiden AS mengeluarkan perintah eksekutif. Soal peranti keras, Ren menyatakan bahwa setengah dari cip yang digunakan sudah diproduksi di dalam negeri.
''Kami bisa saja membuat cip yang sama dengan AS. Tapi, bukan berarti kami tak mau membeli produk mereka,'' tegasnya.
Sayang, tak semua percaya dengan klaim Ren. Pengamat pasar modal dunia merasa bahwa ambisi Huawei rentan gagal. Terutama misi untuk membangun ekosistem mandiri buat ponsel mereka. Menciptakan sistem operasi yang bisa menarik hati konsumen tak semudah membalik telapak tangan. Butuh lebih banyak dari sekadar modal dan programer andal.
''Lihat saja perusahaan seperti Nokia, BlackBerry, dan Microsoft. Mereka semua gagal dalam upaya serupa,'' ungkap Ryan Whalen, wakil direktur Law and Technology Centre di University of Hong Kong.
Padahal, saingan Huawei di pasar global bukan hanya satu atau dua perusahaan. Raja smartphone Samsung tak berminat mengendurkan laju penjualan. Harga sahamnya meningkat 2,7 persen saat bursa Seoul ditutup kemarin. Kuda hitam seperti Xiaomi dan Oppo sudah menjamah pasar Eropa. (bil/c22/dos)