Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang
”Lebih baik di sini….rumah kita sendiri….segala nikmat dan anugerah yang kuasa….semuanya ada di sini…..,” reffrain lagu Rumah Kita ini dinyanyikan hingga dua kali oleh Ian.
Diikuti gemuruh suara ratusan undangan yang hadir, yang kebanyakan adalah alumnus Dempo. Mereka kompak nyanyi bareng.
Lewat lagu itu, mungkin Ian ingin menyampaikan pesan kepada para undangan yang hadir di acara tersebut, bahwa Malang adalah rumahnya. Dan dia selalu merindukan rumahnya.
Ian memang Arema asli. ”Saya pernah sekolah di Dempo, angkatan 1969. Tapi saya bukan alumni lho. Karena kelas 2 SMA saya keluar, merantau ke Jakarta untuk meneruskan minat bermusik saya,” kata Ian kepada Radar Malang yang mengajaknya ngobrol di sela-sela menunggu boarding di Bandara Abdulrachman Saleh, Senin pagi lalu (8/8).
Ketika diajak ngobrol masa lalunya, Ian sempat terdiam beberapa saat. Seperti sedang mengingat-ingat peristiwa demi peristiwa yang dia alami di masa lalu.
Mengapa tidak menunggu lulus SMA, lalu merantau ke Jakarta? Dan mengapa yang dipilih Jakarta? Kembali Ian harus terdiam, seperti berusaha mengumpulkan ingatan demi ingatan di masa lalunya.
”Semula, orang tua tidak setuju saya fokus ke musik. Apalagi sampai harus meninggalkan sekolah demi musik. Tapi, waktu itu saya ngotot. Akhirnya orang tua memberi saya dua pilihan: sekolah atau musik. Dan saya memilih musik. Makanya, saya harus ke Jakarta untuk menunjukkan bahwa saya ingin total di musik,” kisah alumni SMP Kolese Santo Yusup Malang ini.
Ian masih sangat ingat, ketika pergi ke Jakarta sekitar tahun 1970, dia hanya bermodal uang yang hanya cukup untuk membeli tiket kereta api. Disertai dengan doa dari orang tua.