Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ibu Menyusui Bolehkah Puasa?

Selasa, 14 Mei 2019 – 22:22 WIB
Ibu Menyusui Bolehkah Puasa? - JPNN.COM
Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Antaranews

jpnn.com - Untuk ibu menyusui, puasa Ramadan bisa dilematik. Di satu sisi ingin ikut beribadah karena hanya setahun sekali, tapi di sisi lain khawatir puasa akan memengaruhi kebutuhan gizi dan produksi ASI. Sebetulnya ibu menyusui boleh puasa, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Beberapa hal memang perlu dipertimbangkan, seperti usia bayi dan kondisi kesehatan ibu menyusui secara umum. Bila Anda sedang menyusui bayi 6 bulan tentu berbeda dengan bayi usia 1 tahun, sehingga kebutuhan kalori harus disesuaikan.

Selain itu, bila ibu sebelumnya punya riwayat kondisi medis seperti anemia, mungkin perlu penyesuaian untuk asupan zat gizinya. Namun di luar itu, ibu menyusui tetap bisa menjalankan ibadah puasa.

Naluri alami seorang ibu tentu ingin memberikan yang terbaik untuk bayi. Kekhawatiran bahwa puasa akan memengaruhi asupan nutrisi dan produksi ASI itu wajar.

Harus bisa memenuhi kebutuhan nutrisi

Mengenai ini, dr. Alvin Nursalim, SpPD, dari KlikDokter mengatakan bahwa keputusan untuk puasa atau tidak kembali kepada si ibu. Menurutnya, tidak ada larangan untuk berpuasa bagi ibu menyusui asalkan memenuhi beberapa syarat.

"Untuk menentukan puasa atau tidak, itu keputusan ibu sendiri. Kalau dari penelitian medis, puasa yang dilakukan dalam jangka panjang hingga menyebabkan dehidrasi dan berat badan turun, itulah yang bisa menurunkan produksi ASI,” jelas dr. Alvin.

"Jika puasa selama 12-14 jam sehari dan ibu menyusui bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya dari jam buka puasa hingga sahur, tidak mengalami dehidrasi, dan tidak ada pengurangan produksi ASI, maka tidak masalah jika berpuasa,” lanjutnya.

Naluri alami seorang ibu tentu ingin memberikan yang terbaik untuk bayi. Kekhawatiran bahwa puasa akan memengaruhi asupan nutrisi dan produksi ASI itu wajar.

Sumber klIkdokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News