Ikan Mas Na Narsik, Simbol Kuliner Budaya Toba
“Satu ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru menikah. Tiga ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru mempunyai anak. Lima ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru mempunyai cucu. Tujuh ekor diperuntukan bagi pemimpin bangsa Batak. Itu adat mereka,” ungkap Vita Datau yang juga Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar.
Konon, di dalam memberikan Na Niarsik ini ada aturan yang perlu dipatuhi. Tidak sembarang orang bisa memberikan Na Niarsik. Hanya hula-hula atau kerabat dari pihak istri saja yang boleh memberikan, baik itu orang tua kandung, saudara laki-laki pihak istri, atau komunitas marga pihak istri.
“Karena kuatnya budaya di makanan ini maka pemilihan ikan mas atau dekke juga sangat khusus, yang terbaik ikan mas berwarna merah,” paparnya.
Bumbu Na Niarsik, kata Vita, sangat kaya dan beragam. Ada 16 macam bumbu dari andaliman, bunga kencombrang dan bawang batak, yang menjadi masakan special itu.
Cara mengolahnya seperti masakan ikan pada umumnya setelah dibersihkan dan dicuci ikan segar di lumuri jeruk untuk membuang bau amisnya. Setelah bersih perut ikan, diisi dengan Lokio atau Bawang Batak dan kacang panjang. Proses masaknya sendiri adalah menyatukan ikan dengan semua bumbu-bumbu hingga masak dan menjadi sedikit mongering. Karena itu istiahnya, ikan dimasak kering.
Sepintas, arsik ini seperti ikan masak bumbu kuning yang ditemui hampir diberbagai daerah di Indonesia. Tetapi soal rasa, Na Niarsik mempunyai teksture dan rasa yang berbeda.
“Ada pengaruh andaliman, kecombrang dan bawang batak yang memberikan cita rasa khas dan hanya ditemui di tanah Batak,” jelas dia.
“Cerita dibalik Na Niarsik adalah kekayaan budaya kuliner yang bisa dikatakan sebagai kekayaan gastronomi Indonesia. Gastronomi adalah sebuah ilmu dan seni yang mempelajari kebiasaan makan makanan yang baik lokasi atau daerah tertentu” ujar Vita Datau.(Adv/jpnn)