Ikatan Dosen Muda Muhammadiyah Keluarkan Pernyataan Sikap Menjelang Pemilu 2024
"Terbukti mulai ada suara yang mengindikasikan gerakan tersebut sebagai manuver para akademisi tertentu itu untuk orkestrasi politik elektoral. Apalagi, bila sebagian akademisi tersebut mempunyai afiliasi atau kedekatan dengan kubu politik tertentu, sebaiknya menahan diri untuk tidak menarik-narik nama perguruan tinggi (PT) ke panggung politik elektoral," terang Isnan.
Keempat, kata Isnan, IDM-PTM tak sedang mengatakan bahwa kaum cendekia harus berjarak, netral, dan bebas nilai. Pemihakan sekalipun bukanlah sesuatu yang tabu. Namun demikian, pemihakan intelektual adalah terhadap nilai dan prinsip, bukan kelompok atau calon tertentu.
"Preferensi dan afiliasi pribadi terhadap partai atau calon tertentu tentu sah adanya. Namun, bila memang demikian hendaknya disampaikan secara terbuka, bukan membingkai manuver politik sebagai gerakan moral intelektual," imbuhnya.
"Kelima, perguruan tinggi dan kaum cendekia hendaknya mampu menjaga diri dan menahan hasrat untuk tidak gampangan, asal tampil dan akrobatik pada panggung-panggung politik rendahan yang berorientasi untuk mengais remah-remah elektoral untuk kepentingan kelompok politik terntentu," sambungnya.
Keenam, kata Isnan, perguruan tinggi dan kaum cendekia hendaknya lebih cermat, melaraskan suara mereka pada denyut dan detak jantung aspirasi publik, serta memposisikan pemihakan pada kehendak arus besar masyarakat, bukan sebaliknya.
Ketujuh, perguruan tinggi dan kaum cendekia hendaknya turut mendorong agar pesta demokrasi yang sudah kali ke-6 sejak tonggak reformasi ini, beranjak dari modus-modus politik rendahan dan primitif yang mengeksploitasi sentimen, dan menebar narasi ketakutan yang meminggirkan rasionalitas politik menuju politik yang berkemajuan dengan politik gagasan yang mengedepankan nalar dan akal budi, dalam bingkai fastabiqul khairat menuju visi Indonesia Emas untuk mengangkat derajat Indonesia menjadi negara maju.
Kedelapan, harusnya PT dan cendekia saat ini fokus menyemarakkan edukasi publik untuk dapat memilih secara demokratis, berintegritas, dan penuh kesadaran. Cendekia hendaknya percaya bahwa rakyat adalah subjek politik yang merdeka dan cukup cerdas untuk menentukan pilihannya.
"Karena itu, PT cukup memposisikan diri sebagai mercusuar yang memberikan panduan moralitas dan akhlak politik sebagai pegangan publik untuk memilih, bukan mengarah-arahkan dukungan," ucapnya.