Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (1)
Butet Tak Ingin seperti Keluarga Cak NurKamis, 29 Januari 2009 – 01:52 WIB
Sejak Bagong meninggal pada 2004, padepokan yang terletak di Desa Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, itu memang tak lagi menerima cantrik yang mondok di padepokan. Tapi, bukan berarti mereka tak memberi pelatihan tari. ’’Kami masih memberi pelatihan. Tapi, sifatnya bukan pendidikan nonformal semacam kursus bersertifikat yang mensyaratkan cantriknya mondok seperti dilakukan Bapak dulu,’’ kata Butet.
Padepokan itu kini menerima permintaan pelatihan yang sifatnya tidak permanen. Bahkan, nama padepokan pun dihapus. Yang ada sekarang adalah Pusat Latihan Tari (PLT). Inilah yang menerima order pelatihan tari sesuai permintaan. Jika ada satu pemerintah provinsi atau kabupaten meminta pelatihan, mereka siap mengirim tim atau menampung yang akan dilatih ke Desa Kembaran ini.
Apakah hal itu tidak mengkhianati visi yang dirintis Bagong? Secara tegas Butet menjawab tidak. Dia mengaku justru menangkap spirit dasar kesenian sang ayah dan mengembangkannya seperti yang ada saat ini. ”Spirit dasar itu adalah mendekatkan seni dengan masyarakat. Pak Bagong juga menghilangkan sekat kesenian. Tak ada kotak seni tari, seni rupa, maupun teater,’’ jelas Butet.