Ikut Tarawih Dengan Madzhab Hambali
Kamis, 02 September 2010 – 01:10 WIB
Ada dua acara sebelum salat tarawih. Pada 15 menit pertama, delapan imam yang kembali sudah mengambil posisi di barisan depan itu secara bergantian membaca surat-surat pendek dari bagian akhir Al Quran. Lima belas menit berikutnya untuk ceramah agama, tentu dalam bahasa Mandarin. Salah satu imam tampil sebagai penceramah. Ceramahnya pun langsung menuju isi, tanpa mengucapkan "asalamu alaikum" di awal atau di penutupnya.
Tepat jam 21.00 salat tarawih dimulai. Karena 20 rakaat (ditambah 3 rakaat witir) maka jam 22.00 baru selesai. Apalagi tiap dua rakaat diselingi pembacaan puji-pujian dari seluruh jemaah, dan setiap empat rekaan puji-pujian itu lebih panjang. Karena cukup panjang inilah banyak jemaah yang belum hafal. Mereka membawa teks di atas kertas satu folio.
Puji-pujian ini seperti dalam bahasa Arab. Tapi telinga saya kurang bisa menangkap apa bunyi sebenarnya. Yang jelas bukan salawat nabi. Saya penasaran ingin tahu. Setelah rakaat kedelapan saya mencoba meminjam teks itu. Oh, dalam tulisan mandarin. Apakah puji-pujian itu dalam bahasa Mandarin" Tidak. Sebab setelah saya baca tulisan itu tidak ada artinya dalam bahasa Mandarin. Ternyata tulisannya saja yang Mandarin, tapi bunyinya mirip bunyi huruf Arab. Rupanya banyak jamaah yang tidak bisa membaca huruf Arab sehingga ditulis dalam huruf Mandarin.