Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Imbangi Prakiraan Cuaca dengan Kalender Jawa Plus Firasat

Jumat, 22 Agustus 2014 – 08:42 WIB
Imbangi Prakiraan Cuaca dengan Kalender Jawa Plus Firasat - JPNN.COM
DEDIKASI TINGGi: Sriyanto selalu siaga di pintu air Morokrembangan. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

KESELAMATAN sebagian warga Surabaya bergantung pada kiprah Sriyanto dan timnya. Lengah sedikit, salah-salah kota metropolis ini berubah jadi genangan air.
----------------
Indiani K.W., Surabaya
---------------
SUDAH 18 tahun Sriyanto menjalani rutinitas ini. Setiap hari dia meninggalkan rumahnya di Rusun Grudo, Pandegiling, menuju kawasan Krembangan. Jarak 15 kilometer itu ditempuhnya dalam 20 menit.

Di pintu air Boezem Morokrembangan itu, rutinitas lelaki kelahiran Surabaya tersebut relatif stabil. Boleh juga dibilang membosankan. Dia duduk, diam, sembari sesekali melihat pintu air dan sekitarnya.

Meski begitu, pekerjaan itu sama sekali enggak remeh. Ada semangat tinggi yang melandasi karya Sriyanto tersebut. Yakni, kekhawatiran dan kewaspadaan bahwa sewaktu-waktu Kota Pahlawan bisa diterjang banjir.

Ya, sebagai jagatirta tingkat kota, bapak tiga anak itu memang bertugas agar air dari kota bisa mengalir lancar ke laut. Sebaliknya, pasang laut juga tidak boleh sampai kembali masuk kota. Jika laut pasang, Sriyanto harus sigap menutup pintu air dengan delapan tingkap yang digerakkan diesel dan listrik.

Karena itu, setiap jam Sriyanto harus selalu mengecek kondisi permukaan air. Baik  air sungai maupun air laut. ’’Kita kan tidak tahu kapan air laut naik, kapan turun. Ini urusannya dengan alam. Jadi, susah diprediksi. Saya kan tidak mau sampai teledor,’’ katanya.

Meski begitu, Sriyanto bukannya tidak punya pemahaman mendalam soal pasang-surut laut. Memang ada prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Tapi, Sriyanto berbeda. ’’Saya gunakan penanggalan Jawa yang pakai bulan. Plus firasat,’’ ungkapnya.

Karena itu, dia memahami waktu air laut pasang besar, pasang biasa, dan surut. Sriyanto menyatakan, selama setahun terdapat tiga kali pasang besar. Pasang besar tersebut terbagi dalam empat bulan purnama. Setiap tiga bulan sekali pasang besar terjadi.

Itu terjadi kalau iklim normal. Kalau kerap anomali cuaca seperti sekarang, prediksi menjadi susah. Baginya, yang penting adalah stand by dan sigap mengamati kondisi.    

KESELAMATAN sebagian warga Surabaya bergantung pada kiprah Sriyanto dan timnya. Lengah sedikit, salah-salah kota metropolis ini berubah jadi genangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close