Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Imbangi Prakiraan Cuaca dengan Kalender Jawa Plus Firasat

Jumat, 22 Agustus 2014 – 08:42 WIB
Imbangi Prakiraan Cuaca dengan Kalender Jawa Plus Firasat - JPNN.COM
DEDIKASI TINGGi: Sriyanto selalu siaga di pintu air Morokrembangan. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

Dengan kondisi pekerjaan tersebut, Sriyanto sejatinya paling sreg tinggal di dekat pintu air. Pengawasan level air dan kondisi pompa jauh lebih mudah ketika Sriyanto tinggal di rumah pompa. Tapi, kasihan keluarganya. Kawasan Boezem Morokrembangan cukup jauh dari permukiman warga. ’’Dikenal angker,’’ ungkap lelaki 47 tahun itu.

Dengan demikian, pria kelahiran 10 Desember 1967 itu harus berkorban. Dia rela berangkat pagi, pukul 05.00, lantaran ada kewajiban ngantor ke dinas bina marga dan pematusan. Setelah itu, barulah dia meluncur ke pintu air.

Kakek satu cucu tersebut juga kerap meninggalkan acara keluarga. Sekalipun itu acara duka. Semua dilakukan demi menjalankan tugas sebagai penjaga pintu air. ’’Hitung-hitung saya beramal, menyelamatkan warga dari kebanjiran,’’ akunya.

Lantaran pekerjaan penjaga air terbilang rawan sekaligus strategis, Sriyanto dan timnya yang berjumlah tiga orang nyaris tidak punya libur. ’’Kalau libur seperti PNS, siapa yang mengawasi pintu air?’’ ujar pria yang mengawali karir sebagai kuli perbaikan pompa dengan bayaran nasi bungkus dan teh itu.

Maka, tim itu harus kompromi. Mereka saling mengondisikan waktu libur. Semua kudu dirembukkan. Semua siap mengganti jadwal temannya yang memang waktunya libur.

Pembagian jatah libur itu bisa dilakukan secara mudah saat musim kemarau. Ketika musim penghujan, mereka berjaga berbarengan. Sebab, tidak mungkin pintu air yang besar itu diawasi sendiri. Mereka jelas tidak sanggup.

Dan penghujan adalah musim ketegangan. Kewaspadaan tinggi dalam mengontrol serta mengosongkan air di boezem kerap dipadu hujan deras plus sambaran petir di sana-sini. Ketika itu boezem harus terus dikosongkan, disedot pakai pompa, pada level kedalaman 120–130 sentimeter.

Itu batas aman agar Surabaya tidak kebanjiran. Kalau kedalaman kurang dari ambang aman tersebut, boezem tidak mampu menampung. Pintu-pintu air yang terhubung ke boezem akan full. Akibatnya, luapan air menjalar dan menggenangi beberapa kawasan.

KESELAMATAN sebagian warga Surabaya bergantung pada kiprah Sriyanto dan timnya. Lengah sedikit, salah-salah kota metropolis ini berubah jadi genangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close