Inalum Sudah Bisa Lari
Pengembangan SDM perlu ditingkatkan. Anggaran untuk pengembangan SDM harus ditingkatkan berlipat-lipat. Ini untuk peningkatan skill. Nanti akan ada program belajar mengambil S2, beasiswa, disesuaikan kebutuhan dan kompetensi yang dibutuhkan Inalum.
Ada langkah efisiensi?
Jumlah direksi sudah dikurangi, dari tujuh sekarang tinggal lima. Cost ditekan. Dulu ada manajemen Jepang, ada komisaris yang ada di Jepang. Jadi ada pengeluaran di sana, ada biaya operasional di sana. Sekarang kan sudah tidak ada lagi. Ini ujung-ujungnya total cost lebih rendah, tapi produktifitas tetap harus naik.
Untuk tenaga kerja, apa ada pengurangan?
Tidak ada, tapi jumlah karyawan secara alamiah turun karena ada yang pensiun. Sekarang ini malah sedang proses rekrutmen sekitar 100 hingga 150 karyawan untuk lulusan SLTA. Itu kita prioritaskan masyarakat sekitar. Selanjutnya nanti 50 karyawan untuk D3 dan S1. Nanti, untuk pengembangan pabrik, dibangun PLTU 600 MW, itu butuh banyak karyawan. Sekitar tahun 2018 akan banyak rekrutmen. Sekitar 1.000 karyawan hingga 2019.
Anda juga dikenal sebagai ahli marketing. Apa yang akan lakukan di aspek marketing?
Dulu kan 60 persen produksi Inalum diekspor ke Jepang, harus. Hanya 40 persen untuk lokal. Dengan diambil alih pemerintah 100 persen ini, maka ke depan maksimal untuk kebutuhan domestik tapi tetap dengan harga jual internasional. Kalau bisa 100 persen untuk domestik. Tapi tahun ini 90 persen untuk lokal, 10 persen diekspor, untuk jaga klien. Jadi sebenarnya untuk pemasaran tak sulit karena kebutuhan aluminium dalam negeri cukup besar, 650 ribu ton aluminium, 260 ribu ton bisa dipasok dari Inalum.
Jadi yakin mulus dari sisi penjualan?