Indonesia Rawan Gempa, Masyarakat Diimbau Mulai Membangun Bangunan Lebih Kokoh
jpnn.com, JAKARTA PUSAT - Perwakilan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, (PUPR) Lutfi Faizal mengatakan korban jiwa saat bencana sering kali disebabkan oleh kerusakan bangunan atau infrastruktur, bukan oleh bencana itu sendiri.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Lutfi saat diskusi “Memperkuat Kesiapsiagaan Bencana melalui Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi [Strengthening Disaster Preparedness through Science, Technology, and Innovation]” dan juga “Membangun Infrastruktur yang Tangguh [Building Resilience Infrastructure]” dalam rangkaian Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) 2024.
Dia menyebut Indonesia terletak di wilayah rawan bencana. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan infrastruktur bahkan industrialisasi teknologi kebencanaan agar mampu menghadapi kemungkinan bencana, termasuk megathrust.
“Keruntuhan bangunan atau infrastruktur umumnya disebabkan oleh ketidaksesuaian terhadap standar desain dan konstruksi tahan gempa saat proses pembangunan,” ucap Lutfi di JIExpo, Kemayoran, Kamis (12/9).
Menurut dia, penting untuk mengubah mindset agar warga Indonesia dapat membangun bangunan dengan lebih baik dan lebih aman.
“Penilaian risiko terhadap kemungkinan kegagalan bangunan perlu dilakukan sebelum bencana terjadi, daripada harus menghadapi risiko setelah terjadi bencana,” kata dia.
Hal ini dipertegas pula oleh Miyamoto International, sebuah organisasi yang ahli dalam risiko gempa bumi dan fokus pada rekayasa ketahanan gempa serta pengurangan risiko bencana.
Perwakilan Miyamoto International Bill Marsden menuturkan sebelum membangun, perlu dilakukan penilaian teknis yang tepat untuk bangunan dan infrastruktur.