Infrastruktur dan Fantastika Jokowi
jpnn.com - Oleh: Anton Doni Dihen
Ambisi dan gerak cepat Jokowi dalam pembangunan infrastruktur makin ramai dihujam kritik. Maklum dan tidak jadi masalah, karena memang musim politik. Sebagian kritik berbobot akademis, yang lainnya lebih bernuansa politik.
Ketika menonton dan mendengar potongan-potongan youtube yang menyebarluaskan kritik dari sejumlah tokoh ternama seperti Rizal Ramli, Kwik Kian Gie, maupun Faisal Basri, saya hampir terbawa untuk mengubah judul tulisan ini dan melihat berbagai capaian Jokowi di bidang infrastruktur sebagai sesuatu yang biasa. Tidak melihatnya sebagai sesuatu yang fantastis.
Kritik mereka sangat tajam dan gampang meruntuhkan kekaguman. Kritik tentang ketepatan bentuk intervensi infrastruktur dalam kaitan dengan kebutuhan transformasi ekonomi suatu wilayah; kritik tentang kelayakan ekonomis yang terlampau kurang untuk menyeimbangi kebutuhan pengembalian modal dan bunga utang; kritik tentang bagaimana cara kita melihat prioritas pembangunan infrastruktur, misalnya apakah tidak sebaiknya memprioritaskan infrastruktur konektivitas laut; dan lain-lain.
Kritik-kritik ini melengkapi kecurigaan kritis banyak orang awam lain, yang selama ini mungkin menyimpan pertanyaan mengenai apakah tidak terlalu besar perhatian ke urusan infrastruktur.
Saya sendiri, barangkali juga merepresentasikan banyak orang, merasakan jarak antara diri saya dengan proyek-proyek infrastruktur yang dibangun. Karena itu, walau berulang kali berusaha menghafalnya, saya tidak kunjung berhasil menghafal semua nama dan lokasi proyek infrastruktur besar yang dibangun di bawah judul Proyek Strategis Nasional.
Yang saya hafal hanyalah beberapa bendungan yang dibangun di NTT, yang sangat dipuja-puji oleh masyarakat NTT, walau sampai hari ini pun belum terlihat langkah kebijakan berikutnya untuk memanfaatkannya bagi kemajuan ekonomi, apalagi melihat impak besarnya bagi kesejahteraan masyarakat NTT hari ini.
Jalan Panjang