Ingat ya, Kental Manis Bukan Susu, Kandungan Gula Sangat Tinggi
Iklan kental manis yang sebelumnya menjadi polemik karena mempromosikan kental manis sebagai susu anak dan keluarga mulai ditarik peredarannya setelah BPOM mengeluarkan aturan tentang kental manis yang termuat di dalam Per BPOM No 31 tentang Label Pangan Olahan, Oktober 2018 yang lalu. Selain iklan, BPOM juga menegaskan kental manis bukan sumber gizi tunggal dan tidak untuk menggantikan ASI.
“Iklan sudah ditarik tapi karena sudah puluhan tahun dianggap demikian, maka kita perlu ubah karena SKM tidak setara dengan susu lain. Secara tidak langsung, minum susu kental manis, gulanya banyak, anak akhirnya tidak suka dengan susu asli. Yang namanya susu itu tidak manis, anak-anak yang sudah terlanjur, maka tidak akan suka dengan susu yang benar,” beber Kadinkes.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengatakan pihaknya aktif berkomunikasi dengan BPOM dalam mengawasi implementasi aturan BPOM terkait susu kental manis. Promosi dan iklan di TV menurut Arif memang sudah mengikuti perintah BPOM. Namun sayangnya, sesat pikir masyarakat masih mungkin terjadi saat produsen melakukan penjualan langsung kepada konsumen.
“Sekarang yang perlu ditingkatkan pengawasannya adalah aktivitas langsung produsen di tengah-tengah masyarakat atau penjualan langsung ke masyarakat oleh sales, terkadang masih ada yang menjelaskan kental manis sebagai minuman bergizi. Event-event off air ini yang sulit terdeteksi dan kami himbau konsumen untuk cerdas menanggapi,” ujar Arif Hidayat.
Sepanjang 2019, YAICI telah mengumpulkan sejumlah temuan tentang peredaran kental manis, di antaranya penggunaan influencer untuk promosi kental manis sebagai minuman bergizi serta temuan kegiatan edukasi di salah satu PAUD di Kota Depok.
“Memang temanya edukasi. Namun dari yang terpantau bahwa ada unsur promosi kental manis sebagai minuman bergizi, belum lagi lokasinya di PAUD, audience nya kan anak-anak, itu perlu diawasi agar jangan keliru pesannya. Tapi untuk iklan di TV sudah berubah dan kami hargai itu,” pungkas Arif. (esy/jpnn)