Inggris Cabut Kewarganegaraan Pengantin ISIS Shamima Begum
jpnn.com, LONDON - Shamima Begum kaget saat membaca tulisan di secarik kertas yang diterimanya dari Rohit Kachroo, redaktur ITV News, Rabu (20/2). Di sana tertulis bahwa pemerintah Inggris telah mencabut kewarganegaraan Begum. Yang Kachroo sodorkan itu salinan dari surat resmi Kementerian Dalam Negeri Inggris untuk orang tua Begum.
Surat keputusan itu merenggut harapan Begum untuk kembali ke tanah kelahirannya. "Kami sampaikan bahwa kewarganegaraan putri Anda telah kami cabut. Jika Anda bisa menghubunginya, tolong segera sampaikan informasi ini." Demikian bunyi tulisan dalam surat bertanggal 19 Februari 2019 tersebut.
Kini Begum tidak punya alasan untuk meninggalkan kamp pengungsi yang menjadi kediamannya di Syria. Karena tidak lagi diakui sebagai warga negara, perempuan 19 tahun itu jelas tidak bisa pulang ke Inggris. Padahal, pekan lalu harapan itu begitu nyata. Terutama setelah dia berbincang dengan keluarga tentang rencana kepulangannya.
"Keluarga saya mengatakan bahwa kembali ke Inggris urusan gampang. Sudah ada ratusan kasus serupa. Saya tidak tahu mengapa saya berbeda," ungkap Begum sebagaimana dilansir The Guardian. Dia kecewa karena saat bersiap memproses repatriasi justru kewarganegaraannya dicabut pemerintah Inggris.
Bagi sosok yang menggemparkan dunia sekitar empat tahun lalu karena kabur ke Syria untuk menikah dengan pejuang ISIS itu, tidak ada yang lebih penting dari Jarrah.
Begum tidak mau bayi laki-laki yang dilahirkannya pekan lalu itu tumbuh besar di Syria. Republik yang berada di tepi Laut Mediterania itu bukan tempat yang ideal untuk putranya. Karena itu, dia ingin membawa Jarrah pulang ke Inggris. Tentunya untuk meraih masa depan yang lebih baik.
The Times memublikasikan kisah Begum yang rindu pulang demi buah hatinya itu pada 13 Februari lalu. Sejak saat itu, masa lalu perempuan berdarah Bangladesh tersebut menjadi konsumsi publik. Yang paling menarik perhatian adalah keputusan Begum untuk meninggalkan Inggris bersama dua teman sekolahnya di Bethnal Green Academy. Yakni, Amira Abase dan Kadiza Sultana.
Ketika itu, Begum dan dua teman dekatnya mengaku terpanggil untuk menjadi bagian dari ISIS. Tepatnya setelah beredar video pemenggalan kepala para tawanan perang ISIS di Syria. Tetapi, dia tidak pernah menyangka bahwa keputusannya itu menginspirasi banyak orang. Inggris pun lantas menganggap Begum dan dua temannya sebagai alat propaganda ISIS.