Ingin Teladani Politik Suci Ala Sabam
jpnn.com - JAKARTA - Politisi senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait hari ini (10/11) meluncurkan bukunya berjudul "Politik Itu Suci". Buku yang disunting mantan wartawan, Imran Hasibuan itu merupakan penanda bagi Sabam yang pada 13 Oktober lalu menginjak usia 77 tahun.
Sabam merupakan sedikit dari beberapa politisi senior yang masih aktif berkiprah. Pada era awal-awal Orde Baru, Sabam adalah deklarator PDI saat fusi partai politik. Selain menjadi wakil rakyat, Sabam juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Bahkan, Sabam yang pernah menjadi Sekjen Parkindo itu dikenal sebagai politisi yang pemberani. Ia pernah menginterupsi Sidang Umum MPR saat Presiden Soeharto masih berkuasa, untuk bicara tentang Pemilu.
Semangat dan keberanian untuk melangkah di jalan yang diyakini benar itu pula yang hendak diwariskan Sabam kepada anak-anaknya maupun para yuniornya di politik. "Papa tidak mewariskan kekayaan. Papa meninggalkan nama baik," kata Maruarar Sirait, putra pertama Sabam saat menyampaikan pada peluncuran buku Politik Itu Suci di gedung Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta (Minggu, 10/11).
Ara -sapaan Maruarar- juga mengaku ingin bisa mengekor jejak ayahnya di politik yang tak pernah berurusan dengan kasus-kasus hukum. Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan itu, Sabam sudah berkiprah di politik selama enam presiden.
"Selama enam pemerintahan itu, Papa tidak tersangkut hukum," ucap Ara dengan nada bangga.
Sedangkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang juga hadir pada acara itu mengaku sependapat dengan judul buku Politik Itu Suci. Megawati pun mengisahkan pelajaran dari ayahnya, Soekarno tentang politik.
"Beliau (Soekarno, red) bilang, untuk mau jadi presiden gampang sekali. Yang sulit itu jadi pemimpin. Karena di sana tercampur persyaratan yang tidak bisa dengan mudah dan instan, pragmatis, transaksional," tutur Megawati.