Ini Alasan Target Pertumbuhan Ekonomi Hanya 5,3 Persen
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah meyakinkan bahwa target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen dalam RAPBN 2019 masuk akal. Pertumbuhan tersebut akan bersumber dari konsumsi dan investasi. Selain itu, pemerintah akan berusaha meningkatkan ekspor dan belanja pemerintah.
’’Kami akan menggunakan instrumen kebijakan agar pertumbuhan ekonomi kita bisa ditingkatkan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan yang saat ini sudah mencapai tingkat progres yang baik. Itu kami lakukan terus,’’ ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di gedung DPR, Selasa (28/8).
Target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen memang di bawah target pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang sebesar 5,4 persen. Namun, itu ditetapkan karena pemerintah melihat masih banyak faktor ekonomi global dan ketidakpastian yang menjadi tantangan ke depan.
Hal tersebut dapat memengaruhi kondisi nilai tukar, suku bunga, dan investasi yang kemudian berimbas pada pertumbuhan.
Sri Mulyani menilai, ekonomi yang tumbuh di kisaran 5 persen tidak stagnan. Secara bertahap, ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Dari pertumbuhan 4,88 persen pada 2015, kemudian menjadi 5,03 persen pada 2016, dan 5,07 persen pada 2017. Pada semester I 2018, ekonomi telah tumbuh 5,17 persen.
Dari sisi fiskal, pemerintah menargetkan angka defisit 1,84 persen tahun depan. Lebih rendah daripada defisit tahun ini 2,12 persen. Untuk menutupi defisit tahun ini, pemerintah terus mencari alternatif.
’’Kami akan tetap memperhatikan dinamika market. Kalau memang appetite (selera) dari market maupun dari private placement cukup bagus, itu akan dipakai untuk sumber yang mengoptimalkan biaya penerbitan surat utang negara,’’ jelasnya.
Anggota DPR Komisi II Muhammad Afzal Mahfuz menilai, pemerintah sebetulnya bisa menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif tahun depan.