Ini Beda, Jokowi dan SBY Saat Dicela Anak Buah
SBY menunjukkan kemarahannya itu di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, Juni 2014 lalu. Ia menyebut, ada jenderal aktif yang tidak netral menghadapi Pemilihan Presiden 2014. SBY berkali-kali menggelengkan kepalanya saat mengungkapkan informasi itu. Seperti biasa, presiden yang satu ini memang cukup ekspresif.
"Dari informasi yang telah dikonfirmasikan, tentu bukan konfirmasi yang tidak ada nilainya, mengatakan, ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk menarik yang didukungnya," ucap SBY kala itu.
Selain itu, SBY juga menyindir adanya jenderal aktif yang tidak lagi loyal kepadanya sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar Presiden kalian. Kan itu Presiden 'kapal karam', lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," ujarnya.
Di tengah kemarahannya SBY mengingatkan prinsip seorang perwira di dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang telah diikrarkan. Dari sumpah itu, lanjutnya, diajarkan nilai dan etika yang harus dipegang kuat seorang prajurit.
"Kalau dilihat jernih, itu benih subordinasi. Karenanya, berhati-hatilah! Jangan tergoda! Tidak baik bagi para perwira yang diajak seperti itu, tidak baik bagi lembaga TNI Polri, dan tidak baik bagi negara," tegasnya.
Tidak diketahui pasti siapa pihak-pihak yang dimaksud SBY saat itu. Namun, setelah sikap tegas ditunjukkan sang jenderal, seantero kabinet langsung tak berkutik. Bisa dibilang, makin banyak yang takut berkomentar. Khawatir, SBY akan marah lagi.
Begitulah karakter para kepala negara tersebut. Ada yang bersikap tenang, ada juga yang reaktif dalam menanggapi masalah. (flo/jpnn).