Ini Cara Kementan Mendongkrak Produksi Bawang Merah Lewat Benih dari Umbi
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong penggunaan benih bawang merah berteknologi TSS (True Shallot Seed) atau dikenal dengan pemanfaatan biji botani. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah.
“Memang kami masih dorong terus untuk pengembangan TSS. Kami lihat dari biaya produksi, terutama biaya benih, lebih murah dibandingkan menggunakan umbi,” kata Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, belum lama ini.
Kelebihan benih bawang merah TSS adalah mampu mendongkrak hasil bawang merah sampai dua kali lipat dibandingkan penggunaan benih umbi.
Selain itu, bebas penyakit dan virus, membutuhkan benih lebih sedikit, pengangkutan lebih mudah, dan daya simpan lebih lama dibandingkan umbi.
Sekitar 50 persen benih bawang asal biji masih dapat berkecambah setelah disimpan 1-2 tahun. Daya simpan benih bawang asal umbi juga hanya 4 bulan.
Kendati banyak kelebihan, adopsi benih TSS oleh petani cukup sulit, terutama mengubah kebiasaan lama ke baru.
“Tantangannya apa? Satu, benih biji rata-rata menghasilkan umbi tunggal. Masyarakat rata-rata ingin umbi yang banyak siungnya. Kalau ditanya ke masyarakat mereka enggan menggunakan yang besar-besar karena boros,” kata Prihasto.
Tantangan kedua, kata pria yang biasa disapa Anton itu, mayoritas petani lebih memilih varietas bawang merah yang telah lama digunakan, seperti Bima Brebes dan Tajuk.