Ini Dia Profil Mudianto, Kepala SMK Terbaik Se - Indonesia
jpnn.com - Meraih penghargaan sebagai kepala SMK terbaik se-Jawa Timur rupanya tak membuat Mudianto berpuas diri. Buktinya, belum lama ini, dia kembali meraih penghargaan yang lebih bergengsi. Juara pertama kepala SMK tingkat nasional. Itu tak lepas dari beragam inovasi yang dia ciptakan.
--
BELASAN piala dan piagam penghargaan tertata rapi di ruangan Mudianto, kepala SMKN 3 Surabaya. Isinya beragam. Di antara pajangan itu, terdapat sertifikat penghargaan terbaru. Yakni, juara pertama kepala SMK berprestasi tingkat nasional 2018. "Pertengahan Agustus kemarin dapat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)," katanya.
Bukan karya dalam bentuk buku atau aplikasi yang membuatnya juara. Mudianto menyebutnya dengan istilah Retooling. Sebuah program untuk menaungi siswa yang belum mendapatkan pekerjaan. Baginya, sekolah tak boleh hanya berfokus pada berapa persen siswa yang lulus. "Tapi juga berapa banyak lulusan sekolahnya yang kerja atau wirausaha. Atau yang melanjutkan kuliah," katanya.
Dengan filosofi itu, awal menjabat, Mudianto merombak total manajemen bursa kerja di sekolahnya. Mulai legalitas, sarana-prasarana, hingga pemetaan kelulusan. Diusahakan tidak ada satu pun lulusan yang luput dari pendataan sekolah. "Guru yang menjadi penanggung jawab pasti senang jika muridnya berhasil," jelas Mudianto.
Tidak mudah bagi Mudianto menata bursa kerja baru di sekolahnya. Dia harus "ngamen" ke sejumlah industri Menjajaki kerja sama, mendapatkan hibah alat-alat peraga, hingga menciptakan program yang sesuai. Dia tak ragu melakukan sinkronisasi kurikulum, memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk magang. "Kami semua lalu mengadakan MoU. Sehingga ada ikatan jelas. Paling jelek, siswa kami bisa mendapat kesempatan magang lebih baik ketimbang dari sekolah lainnya," paparnya.
Hingga sekarang terdapat lebih dari 50 perusahaan yang bekerja sama dengan SMKN 3. Layaknya bursa kerja lain, di sekolah tersebut juga kerap diadakan acara job matching. Namun, Mudianto membuatnya berbeda. Jika kebanyakan acara serupa dilakukan dalam satu waktu dengan mengumpulkan seluruh perusahaan, Mudianto membuatnya lebih efektif.
Jadi, proses tersebut dibuat beberapa hari. Per hari hanya ada 3 sampai 4 perusahaan. Seluruh proses perekrutan dilaksanakan dalam satu hari penuh. Hasilnya pun dapat diketahui hari itu juga. Pagi datang dan tes, sore pengumuman.
Mudianto menyebut, cara itu mendapat kesan positif dari pihak industri. Sebab, mereka bisa lebih cepat mendapatkan calon karyawan baru. Pihak siswa juga begitu. Tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui apakah dia diterima atau tidak. "Kalau cara konvensional, kan cuma kumpulkan berkas, lalu tidak tahu kapan dipanggilnya. Bahkan, tidak dipanggil," terangnya.
Nah, siswa yang tidak diterima juga akan mengetahui kekurangannya. Sebab, ada proses diskusi sebelum pengumuman. Hal itulah yang menjadi dasar pihak sekolah menjalankan program Retooling. Siswa akan mengetahui kelemahannya di bidang apa. Lalu, sekolah mengadakan pelatihan bidang tersebut.
Misalnya, pelatihan aplikasi Autocad tingkat lanjut yang sudah berjalan. Ada juga program yang telah selesai, yakni penerapan aplikasi cat tembok. Pelatihan tersebut sukses meningkatkan serapan tenaga kerja pada lulusan sekolah itu.
Bukan hanya untuk alumni SKMN 3. Mudianto juga mempersilakan seluruh pihak dari luar sekolah untuk mengikuti pelatihan. Bahkan, orang yang sudah bekerja dipersilakan untuk ikut. "Mungkin sudah kerja tapi ingin mendalami pelatihan yang kami buat, silakan datang," imbuhnya.
Namun, program tersebut memang diprioritaskan untuk alumni yang belum bekerja. Selain itu, keterbatasan alat dan pemateri membuat kuota pelatihan cukup terbatas. Kelas Autocad hanya melayani 20 orang. Program tersebut berlangsung selama tiga bulan.
"Prosesnya gali lubang tutup lubang. Kalau sebelum tiga bulan itu sudah ada yang mendapat pekerjaan, akan diisi pendaftar lainnya. Semua program ini gratis," tegasnya. (ahmad didin/c6/ano)