Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ini Jawaban Kalahkan Pariwisata Malaysia dan Thailand

Rabu, 04 Mei 2016 – 18:00 WIB
Ini Jawaban Kalahkan Pariwisata Malaysia dan Thailand - JPNN.COM
Menpar Arief Yahya. Foto: Pojoksatu

jpnn.com - JAKARTA - Solid, Speed, Smart, tiga "S" yang ditetapkan sebagai corporate culture Kementerian Pariwisata terus dipertajam. Tidak lagi menggunakan pendekatan birokrasi yang "kencang-kencangan suara" ataupun "tinggi-tinggian pangkat". Tetapi meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk merebut sukses kemenangan dalam persaingan global. 

"Itulah mengapa narasumber yang bicara di Rakornas Kemenpar ini adalah tokoh-tokoh dari perusahaan internasional. Agar kita out world looking! Melihat posisi kita di peta dunia. Tidak jagoan kandang yang merasa hebat di kampung sendiri," ucap Menpar Arief Yahya saat menutup Rakornas di JCC Senayan, Jakarta, (29/4). 

Baik Baidu, Ogilvy, atau -rakor sebelumnya, TripAdvisor-, semua adalah korporasi yang punya reputasi internasional. "Mereka punya big names, mereka punya reputasi dunia, dan bicara dengan data. Saya ingin nanti terus dievaluasi, dan selalu menggunakan angka-angka. Bagaimana impact di destinasi? Bagaimana dampak di originasi?" jelas Arief. 

Dia mengingatkan, kepada peserta Rakornas yang terdiri dari Eselon 1-2-3-4, Kadisparprov, asosiasi dan industri pariwisata, agar mereka senantiasa mengalokasikan waktu berdasarkan prioritas. "Utamakan yang utama!" tegasnya, yang selalu mengingatkan soal WIN-Way, Wonderful Indonesia Way, yang meliputi 3S di atas. 

Arief mengibaratkan WIN-Way itu semacam IBM-Way, GE-Way, Telkom-Way, sebuah budaya kerja untuk memenangkan persaingan. Yang dimaksudkan dengan Solid, adalah kompak, bersatu untuk Indonesia, atau Indonesia Incorporated. Siapa yang harus bersatu? 

"Akademisi, Bisnis, Pemerintah, Komunitas, dan Media. Saya sering menyebut dengan istilah segi lima Pentahelix. Kelimanya harus bersama-sama menjadi subjek," ungkap Arief Yahya. Speed yang dimaksud adalah kecepatan, atau dalam implementasinya lebih ke arah deregulasi. 

Aturan apa saja yang menghambat, menjerat dan membuat tidak bisa berlari cepat? 

"Tolong dalam perjalanan nanti, kalau masih ada aturan yang membuat lelet, segera disesuaikan. Bahasa jelasnya: direvisi!" kata pria asli Banyuwangi, Jatim ini. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News