Ini Kebiasaan di Akhir Pekan yang Bisa Meningkatkan Risiko Obesitas
jpnn.com, JAKARTA - Akhir pekan mungkin menjadi hari yang baik bagi Anda untuk beristirahat dan bersantai. Tetapi, itu juga membuat jadwal kebiasaan Anda berbeda dari hari-hari sebelumnya yang bisa mempengaruhi kesehatan dan gaya hidup Anda.
Kebiasaan ini termasuk jadwal makan yang tidak konsisten selama akhir pekan. Para peneliti di Universitas Barcelona menyebutnya sebagai "makan jet lag", dan bisa mengarah ke tingkat indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi.
Walaupun belum terbukti sebagai indikator kesehatan yang sempurna, penelitian menunjukkan bahwa formula yang menggunakan berat dan tinggi badan seseorang menentukan risiko obesitas serta tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, kanker tertentu dan penyakit jantung, dimana semakin tinggi levelnya, maka akan semakin tinggi pula risikonya.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nutrients MDPI, mempelajari lebih dari 1.000 orang Spanyol dan Meksiko antara usia 18 tahun dan 22 tahun, membandingkan BMI peserta dengan perubahan waktu makan sepanjang akhir pekan.
Itu melibatkan memeriksa waktu mereka biasanya makan sarapan, makan siang dan makan malam, dibandingkan dengan mereka pada hari kerja biasa.
"Jet lag" kemudian didefinisikan sebagai perbedaan lebih dari 3,5 jam bila dibandingkan dengan makanan yang dimakan dari hari Senin sampai Jumat.
Kemudian ditemukan bahwa peserta yang pernah mengalami makan jet lag memiliki risiko obesitas yang lebih tinggi, memiliki peningkatan BMI rata-rata 1,34 kilogram (sekitar 1.5 kilogram) per meter persegi.
Studi tersebut kemudian mengaitkan makan jet lag dan obesitas dengan apa yang disebut Chronodisruption, yang merupakan pemutusan antara jam tubuh seseorang dan kehidupan sosial.