Ini Kiat Ibu-ibu Berbelanja Siasati Kenaikan Harga-Harga
jpnn.com - JAKARTA - Keputusan menaikkan harga BBM dan elpiji 12 kg serta tarif listrik dan kereta api kelas ekonomi secara hampir bersamaan membuat masyarakat terkaget-kaget. Khususnya kelompok ibu rumah tangga.
Jawa Pos menemui ibu rumah tangga dari empat kota, yakni Jakarta, Surabaya, Malang, dan Solo, untuk mengungkap bagaimana nakhoda keuangan keluarga itu kini harus memutar otak agar asap dapur tetap mengebul.
Sudah satu bulan ini kulkas keluarga Inung Kurnia, 40, kosong melompong. Ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, itu mengaku mulai selektif saat berbelanja. ”Sudah tidak berani lagi menimbun belanjaan,” katanya.
Lho kenapa? Inung mengungkapkan, sebelum ada kenaikan harga secara beruntun, dirinya lebih suka menimbun belanjaan. Kulkasnya selalu penuh sayuran, buah-buahan, dan bumbu dapur. Bagian freezer-nya juga selalu dipenuhi daging sapi, ayam, serta daging siap olah lainnya.
Namun, keadaan memaksa Inung mengubah model belanjanya. ”Kini lebih suka berbelanja hanya untuk bahan-bahan makanan yang akan diolah pada hari itu saja. Takut duit nggak cukup,” jelas ibu dua anak tersebut.
Adaptasi lain Inung lakukan dengan berhemat membeli sayuran dan buah-buahan. Dia sekarang lebih memilih berbelanja sayur dan buah di pasar tradisional daripada di minimarket atau pasar swalayan. Dia mengakui, harga sejumlah kebutuhan dapur memang lebih murah di pasar tradisional.
Contohnya adalah harga nugget yang lebih murah di pasar tradisional. Selisihnya hingga Rp 5.000. Begitu juga harga sawi putih, yang di pasar swalayan bisa sampai Rp 11.000, sedangkan di pasar tradisional hanya Rp 7.000 per kg.
Penghematan lainnya dilakukan untuk penggunaan AC dan lampu. Inung memaparkan, dulu AC dan lampu di kamar anaknya nyaris menyala terus sepanjang hari. ”Tapi, sekarang AC dimatikan pukul 06.00 dan baru dinyalakan lagi pukul 20.00 ketika menjelang tidur malam,” sebutnya.