Ini Penyebab Kekalahan PDIP di DPR Versi Arbi Sanit
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit menilai kekalahan demi kekalahan PDI Perjuangan dan anggota koalisinya dalam berpolitik karena terlalu mengandalkan politik partisipasi masyarakat dan melupakan politik elit.
"Proses politik ada dua macam, melibatkan partisipasi massa dan politik elit. Politik partisipasi massa sudah lewat yaitu pada pileg dan pilpres, sekarang yang harus dimainkan adalah politik elit. PDIP sudah sukses melibatkan politik partisipasi massa tapi dalam politik elit, PDIP sudah gagal total," kata Arbi Sanit, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (5/10),
Kegagalan politik elit PDIP saat pengesahan UU MD3, UU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR, lanjut Arbi, tidak lepas dari gaya politik kerakyatan yang diterapkan PDIP yang menafikan politik elit. Padahal dalam berpolitik, diperlukan juga politik elit.
"Sah saja memainkan politik kerakyatan, tapi tidak bisa mengabaikan politik elit. Politik kerakyatan itu selesai ketika pemilu legislatif dan pemilu presiden usai yang harus diteruskan dengan politik elit. PDIP masalahnya terus-terusan memainkan politik kerakyatan di saat harus menggunakan politik elit," ujarnya.
Dalam politik kerakyatan, PDIP menurut Arbi, bisa memainkan keluguan rakyat untuk keuntungannya. Tapi dalam politik elit, PDIP tidak lagi bisa menjual rakyat untuk kepentingannya.
"Jadi tidak bisa PDIP teriak-teriak bahwa Pilkada langsung merugikan rakyat. Para elit tahu benar bahwa tidak ada korelasi antara pilkada langsung atau DPRD dengan kepentingan rakyat. Semua hanya untuk kepentingan politik itu sendiri. Jadi ketika PDIP berjualan misalnya pilkada langsung untuk rakyat, tidak ada senggolannya," kata Arbi.
Menurut Arbi, PDIP dan Jokowi tidak paham bahwa permainan politik elit itu cerdas, keras, manipulatif dan kompromistis sampai dengan persengkongkolan dengan memanfaatkan celah-celah demokrasi dan hukum.
Elit tidak mudah dibohongi seperti halnya membohongi rakyat. Semua ini tidak mampu dimainkan oleh PDIP yang menyebabkan kegagalan dan kekalahan secara terus menerus.