Ini Penyebab Masyarakat Makin Berani Mengkritik Polri
Bahkan, berbagai hoaks yang isinya menyudutkan Polri dan lembaga lain bermunculan. Pengaruh hoaks begitu dahsyat dan sering menggangu keamanan bangsa. Hoaks bisa mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
Edi menilai, publik setuju hoaks harus dihentikan dan pelakunya dijatuhi sanksi hukuman berat, demi Indonesia yang damai. Karena itu, polisi diharapkan dapat bertindak tegas dan adil, demi melindungi rakyat.
"Sejak tiga tahun terakhir polisi begitu sibuk menghadapi hoaks yang tiap hari beredar secara masif dan tidak jarang memprovokasi masyarakat," katanya.
Menurut Edi, hoaks begitu aktif bermunculan di media sosial yang isinya mengadu domba masyakat, menyerang pemerintah, elite politik, bahkan Kapolri. Polisi setiap hari sibuk mengklarifikasi tuduhan dan hinaan yang seringkali dialamatkan kepada korps bhayangkara itu.
Atas kondisi ini, Polri harus melakukan penegakan hukum. Tentu dilakukan demi melindungi dan menegakkan keadilan bagi semua masyrakat. Karena polisi berkomitmen untuk selalu melindungi masyrakat. Polisi penting untuk tetap berkomitmen selalu siap kapan dan di mana saja untuk hadir, jika dibutuhkan masyarakat.
"Saat terjadi kerusuhan 22 Mei di Jakarta, usai KPU mengumumkan hasil pemilu, pemerintah membatasi penggunaan medsos jenis WhatsApp, Facebook dan Istagram. Kebijakan itu begitu ampuh, situasi keamanan dalam negeri yang tadinya dikhawatirkan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, kembali normal," ucap Edi.
Di lain pihak, kinerja Polri dan TNI terus bekerja keras tanpa mengenal waktu. Polisi dan TNI berupaya keras mengamankan kerusuhan untuk melindungi masyarakat. Kinerja aparat keamanan ini banyak diapresiasi masyarakat karena publik sadar, keamanan negara dan rakyat merupakan segalanya.
Menurut Edi, masyarakat yang kritis kini tidak lagi mau lagi diadu domba. Kini saatnya semua anak bangsa membangun negara dan bangsa setelah usai mengikuti proses pemilu yang panjang, demi Indonesia yang aman.