Ini Sederet Prestasi Mega yang Jarang Diketahui Publik, Wajar Terima Gelar Profesor
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi menanggapi pro-kontra pengukuhan gelar profesor kehormatan atau guru besar tidak tetap kepada Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dari Universitas Pertahanan.
Ari menilai pengukuhan gelar profesor kehormatan sama sekali tidak melecehkan dunia akademis dan tidak mendegaradasi substansi gelar guru besar sebuah ilmu.
"Penghargaan itu seharusnya dipandang sebagai apresiasi, sekaligus sumbangsih untuk dunia keilmuan yang terus berkembang," ujar Ari dalam keterangannya, Jumat (11/6).
Ari kemudian bercerita tentang sosok Mega berdasarkan pengalamannya sebagai sahabat, sekaligus pernah duduk sebagai staf khusus, ketika Ibunda Puan Maharani itu menjabat presiden.
Menurut Ari, ketua umum DPP PDI Perjuangan itu selalu meminta data terbaru dan masukan darinya tentang banyak hal.
Baik itu sebelum berpidato maupun sebelum menghadiri sebuah pertemuan.
"Megawati bukan bodoh, tetapi tipe pembelajar yang cerdas. Masukan yang saya berikan diolah dengan pengalaman dan intuisinya yang tajam," ucapnya.
Pembimbing program doktoral di Universitas Padjajaran ini mencontohkan saat Mega menanggapi permintaan Presiden Amerika Serikat untuk mengekstradisi Abubakar Ba’asyir, terkait dugaan terorisme.