Inilah Pemicu Tsunami di Donggala dan Palu, Tiga Kemungkinan
jpnn.com, JAKARTA - Kabupaten Donggala dan Kota Palu diguncang gempa 7,4 SR disusul tsunami, Jumat (28/9) petang. Diperkirakan tinggi gelombang tsunami itu ada yang mencapai enam meter.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sukmandaru Prihatmoko menuturkan sesar atau patahan lempeng Palu Koro memang termasuk yang paling aktif. Tapi sesar itu termasuk sesar geser. Sedangkan tsunami biasanya disebabkan oleh sesar yang saling tumbuk atau menujam. Karena ada lempeng yang naik dan turun.
”Sedangkan yang bergeser itu sama saja tidak ada yang naik dan turun. Pada saat tidak ada yang naik dan turun itu tidak ada masa air laut yang terpindahkan,” ujar Sukmandaru, di kantor BNPB, Sabtu (29/9).
Menurut dia setidaknya ada tiga teori atau analisis yang mengemuka. Yakni, pada persegeran lempeng itu memicu longsoran sedimen bawah laut. Tebing laut yang longsor itu membawa tanah atau batuan yang menggeser air laut sehingga menimbulkan tsunami.
Kemungkinan kedua, pergeseran lempeng itu memicu patahan yang naik di sisi lain. Dalam peta yang ditunjukan Sukmandaru ada patahan di sebelah barat ke arah selat Makassar. Sehingga memicu patahan yang naik.
Yang ketiga adalah teoro flower structure atau struktur yang seperti bunga. Harusnya patahan itu hanya bergeser saja. Tapi di satu titik dengan panjang 30-40 kilometer itu mengumpul dan naik seperti bunga. Karena struktur itu berada di bawah laut maka menyebabkan tsunami.
”Kalau dilihat sekarang berdasarkan yang terkumpul itu kemungkinan karena longsor. Tsunami yang ada di Teluk Palu di Kota Palu airnya keruh sekali. Sementara di Donggala lebih jernih,” ujar dia. Sehingga kemungkinan ada material longsor, lantas mengotori air laut dan kemudian terjadilah tsunami.
Tapi teori tersebut perlu mendapatkan penelitian lebih lanjut. Perlu ada pendataan atau survei batimetri atau kedalaman air laut dalam dua hingga tiga hari kedepan. Lantas data terebut dibandingkan dengan data sebelumnya.