Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Inilah Penyebab Puluhan Manusia jadi Santapan Buaya di NTT

Minggu, 17 Mei 2015 – 06:38 WIB
Inilah Penyebab Puluhan Manusia jadi Santapan Buaya di NTT - JPNN.COM
Ilustrasi. FOTO: dok/jpnn.com

Hellen juga mengingatkan bahwa buaya jarang terlihat oleh mata manusia. Buaya adalah tipe pemburu yang diam. Ia bergerak diam-diam namun cekatan dalam menyerang mangsa. Ia bahkan bisa melompat dengan sangat cepat sejauh tiga meter dari dalam air. 

Buaya muara yang super agresif itu tak hanya di pantai atau sungai, ia bisa saja merambat ke badan air lainnya seperti selokan atau kolam yang tertutup semak-semak dan lain-lain. 

"Buaya dapat melakukan perjalanan darat untuk menyeberang dari satu badan air ke badan air yang lain. Buaya berukuran besar bisa mengelabui manusia dengan berendam di dalam air pada kedalaman hampir 30 centimeter selama lebih dari satu jam," katanya. 

Salah satu penyebab buaya rajin ke tepi pantai adalah adanya bangkai hewan atau ikan. Menurut Hellen, buaya sangat tertarik dengan bangkai ikan yang dibuang sembarangan, apalagi dekat dermaga atau tempat orang beraktifitas. "Bangkai harus dibuang atau dikubur di tempat yang jauh dari perairan," kata Hellen. 

Selain itu, Hallen juga melarang warga untuk membuang isi perut ikan dari perahu atau dermaga ke dalam air. Menurutnya, membuang isi perut ikan atau umpan yang tidak terpakai ke dalam air secara cepat akan menarik buaya untuk mengais buangan tersebut. Atau mungkin buaya lebih tertarik menyerang manusia. 

Menurut Hellen, berdasar hasil penyelidikan membuktikan bahwa ketika buaya telah berhasil menyerang dan membunuh korban di sebuah wilayah, yang mana tempat itu dikunjungi orang setiap hari, biasanya buaya tersebut akan kembali lagi untuk mengulangi serangan tersebut. 

"Jadi pembangunan pembatas sederhana, papan peringatan atau penghalang dari kayu diperlukan untuk memberikan peringatan dan perlindungan kepada manusia untuk mencegah tragedi yang berulang," saran peneliti LIPI itu. 

Sementara itu, Dadang Suryana dari BBKSDA NTT mengatakan, daerah-daerah potensi habitat buaya di Timor adalah hutan bakau Maubesi di Kabupaten Malaka, TWA Manipo di Kabupaten Kupang, muara Noelmina di perbatasan Kabupaten Kupang dan TTS dan muara Nunkurus di Kabupaten Kupang. 

SEJAK 2011 hingga 2015 sudah 17 nyawa melayang karena keganasan buaya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, tak terhitung berapa orang yang terluka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News