Insyaallah Aku Lilo, Madrid
Dia lantas mengarahkan layar basket itu ke stadion Kiev. Layar lain dia ubah ke basket. Saya sendirian menatap layar: lho kok komentatornya berbahasa Spanyol. Kok running teksnya berbahasa Spanyol.
Oh… iya… ini kan di kota yang 95 persen penduduknya keturunan Spanyol. Yo wis… rapopo. Insyaallah aku lilo.
Tapi perasaan saya mulai tidak enak. Ini pertanda-pertanda. Sungguh sebuah pertanda-pertanda. Mengarah ke Real Madrid. Kalau pun banyak orang di situ pasti semuanya juga memihak Madrid.
Saya tiba-tiba bersyukur: nonton sendirian. Saya bisa klaim: seluruh pengunjung bar itu memihak Liverpool. Daripada di tengah lautan Madridista.
Kadang di balik musibah itu memang ada udangnya. Tapi saya menangkap pertanda-pertanda itu. Lalu… terjadilah apa yang harus terjadi. Insyaallah aku lilo.(***