Iran Bergolak, Demonstran Minta Ayatollah Mati Saja
Misalnya, Mashhad, Isfahan, Qom, Qzvin, Sari, Kermanshah, Ahvaz, Hamedan, Rasht, Shahrud, Nowshahr, dan Kashmar. Pada Sabtu (30/12), aksi serupa menjalar ke Teheran.
Demo kali ini dipicu faktor ekonomi. Penduduk merasa bahwa hidup mereka seharusnya membaik setelah kesepakatan nuklir 2015. Sebab, berbagai sanksi ekonomi dicabut.
Yang terjadi justru sebaliknya. Angka inflasi terus merangkak naik. Harga kebutuhan pokok terkerek. Jumlah pengangguran juga naik 1,4 poin menjadi 12,4 persen. Berdasar Badan Pusat Statistik Iran, 3,2 persen penduduk menganggur.
Massa menuntut agar pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mundur dari jabatannya. Berbagai foto maupun banner dengan wajah Khamenei dibakar. Sebagian penduduk bahkan menyerukan agar pemimpin 78 tahun tersebut mati saja dan melabelinya dengan sebutan diktator.
Seruan-seruan seperti itu tidak pernah terdengar dalam aksi sebelumnya. Khamenei sangat dihormati di Iran.
Korban jiwa akibat aksi massa di Iran masih simpang siur. Beberapa menyebut dua orang, namun ada pula yang tiga. Pemerintah Iran mengklaim bahwa mereka bukan tewas di tangan polisi atau pasukan pemerintah.
”Kami menemukan bukti bahwa musuh revolusi, kelompok Takfiri, dan agen asing ada dalam bentrok tersebut,” ujar Wakil Gubernur Provinsi Lorestan Habibollah Khojastehpour saat diwawancarai kemarin. Takfiri adalah kelompok Sunni.
Lalu, Presiden AS Donald Trump tak tahan untuk ikut berkomentar. ”Pemerintah Iran harus menghormati hak-hak rakyatnya, termasuk hak dalam mengutarakan pendapat. Dunia menyaksikan!” cuit Trump di akun Twitter-nya. Bahkan, Trump memakai tagar #IranProtests dalam cuitan tersebut.