Ironis, Ke DPR Bersenjata Tempur, Di Sarang Narkoba Senjata Ringan
Diingatkan Neta, Polri jangan ikut-ikutan berpolitik karena menggeledah gedung DPR dengan senjata lengkap seolah Polri ikut-ikutan membuat opini bahwa gedung DPR lebih berbahaya dari sarang narkoba atau sarang teroris sekalipun.
“Polisi tak usahlah ikut-ikutan urusan pembentukan opini menjelek-jelekkan DPR dengan caranya itu,” pintanya.
DPR, menurut Neta, tegas terhadap Polri. Yang harus dihancurkan dengan senjata itu sarang narkoba dan para bandarnya bukan gedung DPR. "Di DPR tak ada yang bawa senjata, mereka bawa senjata lengkap, sementara sarang narkoba yang pasti memiliki senjata, dia bawa senjata ringan. Ini aneh," tegasnya.
Dengan fakta-fakta ini, Neta mengingatkan saat ini publik mempertanyakan profesionalisme Polri, kenapa anggotanya bisa terluka dan bahkan tewas saat hendak menangkap bandar narkoba. Kasus ini sekaligus juga menunjukkan betapa buruknya koordinasi di kepolisian antara intelejen dan reserse.
Menurutnya, tanpa info lengkap dari intelijen, tentang situasi dan kondisi di TKP, reserse main sergap. Akibatnya saat warga melakukan perlawanan ketiga polisi itu kaget dan menjadi korban. Kasus ini juga menunjukkan betapa tidak terlatihnya polisi saat ini padahal mereka tugas di ibukota.
“Akibatnya mereka menjadi bulan-bulanan warga. Bagaimana pun kasus ini harus menjadi pelajaran yang berharga bagi polri untuk berbenah, introspeksi dan memperbaki kinerja profesionalnya,” tandasnya.(fas/jpnn)