Istirahatlah Kata-Kata, Pelarian Wiji Thukul Difilmkan
jpnn.com - jpnn.com - Sosok Wiji Thukul diangkat ke dalam layar lebar. Ada film Istirahatlah Kata-Kata besutan sutradara Yosep Anggi Noen yang mengangkat kehidupan penyair asal Surakarta yang kini tak jelas rimbanya itu.
Film itu mengisahkan Wiji melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan setelah kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta. "Itu saat pertama kali Wiji Thukul dan beberapa aktivis resmi dinyatakan oleh otoritas sebagai buron yang berperan serta atau memprovokasi kerusuhan," kata Anggi dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta, Minggu (8/1).
Anggi mengaku sengaja mengangkat setting waktu setelah kerusuhan 27 Juli 1996. Pasalnya, saat itu ada persoalan emosionalitas yang kompleks dari sosok Wiji.
"Wiji Thukul adalah aktivis. Bergerak dengan sangat merakyat, dia ada di gerakan aktivis untuk memperjuangkan demokrasi, tapi dicap sebagai tersangka dan akhirnya jadi buronan. Itu krusial," tutur Anggi.
Pada rentang waktu itu, kata Anggi, Wiji juga harus berpisah dengan keluarga dan teman-temannya. Dia pergi ke Pontianak.
Di ibu kota Kalimantan Barat itulah Wiji bertemu dengan teman-teman baru dan terus berjuang. "Berjuang untuk mengatasi kengerian dan ketakutan," ucap Anggi.
Di tempat yang sama, adik Wiji, Wahyu Susilo menganggap film Istirahatlah Kata-Kata menjadi pengingat terkait penyelesaian persoalan-persoalan pelanggaran HAM masa lalu. Menurutnya, Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan masih menunjukan niat untuk menyelesaikan persoalan itu, termasuk penghilangan paksa terhadap Wiji dan 13 kawan lain.
Karenanya Wahyu berharap agar film tentang kakaknya itu menjadi pengingat. "Dengan media film ini, kami juga ingin mengajak teman-teman lain melawan lupa terhadap peristiwa itu," ujar Wahyu.(gil/jpnn)